Kamis, 20 November 2025

Murianews, Kudus – Keluarga Segitiga Teater Kudus menggelar pentas di Desa Margoyoso, Sabtu (7/10/2023) mendatang. Dalam pentas tersebut, mereka akan membawakan lakon berjudul Wek-Wek karya Anton Chekov.

Sang sutradara Syamsu mengatakan, cerita dengan lakon ini masih relevan untuk diangkat ke atas panggung. Ini karena, cerita yang diangkat menggambarkan perilaku manusia sehari-hari.

”Ini sekaligus bentuk kritik terhadap diri kita masing-masing, adegan-adegan dalam pentas ini dipenuhi dialog dan adegan yang mengundang tawa. Seolah-olah penonton tengah mentertawakan sifat jelek diri sendiri,” katanya Jumat (6/10/2023).

Acara ini sendiri, sambung dia, nantinya akan dipandegani oleh pemuda desa Margoyo, Jepara, Gabungan Pemuda Mars dan Karangtaruna setempat. Pentas, akan dibuka oleh musikalisasi puisi Kustik Keset, Pipiek Isfianti dan Retno Kencono Arum Tsurayya.

Dia menambahkan, pentas dengan durasi hampir satu jam ini sebelumnya dilaksanakan di halaman kampus Universitas Muhammadiyah Kudus (Umku) bulan September lalu.

”Nah pentas ini kami hadirkan kembali di Halaman Masjid Baitul Muttaqin, desa Margoyoso, Kalinyamatan, Jepara, pada Sabtu, 7 Oktober mendatang, pukul 19.15 WIB besok,” tuturnya.

Drama Wek-Wek sendiri menghadirkan empat tokoh yang diadaptasi dari punakawan dan memainkan adegan demi adegan yang penuh satir. 

Adegan dibuka dengan munculnya Petruk (dimainkan Syamgatet) seorang anak desa yang lugu, yang mendapatkan tugas dari Bagong (HanipB2), untuk menggembalakan bebeknya dengan cara bagi hasil telur. Celakanya semua bebek tersebut berkelamin betina.

Karena merasa “ditipu” perjanjian kerjasama tersebut, petruk pun merencanakan niat jahat untuk mencuri dua ekor bebek dengan berpura-pura bebeknya mati ditabrak motor.

Bagong yang tidak terima pun melaporkannya ke Semar (Edisu) Kepala Desa yang dianggap bijak. Disisi lain Petruk bertemu Gareng (Yakiniku) yang berprofesi sebagai pengacara. Mereka bekerjasama dan mempersiapkan rencana “licik” untuk memenangkan sidang.

Adegan persidangan di atas pangung mengalir dengan deras sekaligus menggelikan, sampai kemudian Gareng memenangkan persidangan dan Petruk mendapatkan gantirugi dari Bagong. Belum lagi dibagi, uang ganti rugi tersebut dibawa kabur Petruk saat gareng lengah.

Lagi-lagi kita disodori adegan penutup paling satir, Petruk orang yang paling miskin, lugu, dan bodoh, berhasil menipu dan memperdaya Bagong yang pengusaha sukses, Semar yang hakim bijaksana, dan Gareng yang pengacara terpelajar.

Editor: Supriyadi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler