Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Sejumlah agenda akan digelar di Kabupaten Kudus,  Jawa Tengah, saat perayaan Lebaran Ketupat atau Lebaran ketujuh di tanggal 17 April 2024 mendatang.

Bagi kamu pemudik yang masih berlibur di Kudus dan sekitarnya, tidak ada salahnya ikut merasakan serunya merayakan Lebaran ini.

Di Kudus dan sekitarnya, Lebaran ketujuh ini memang dengan identik dengan sederet perayaan-perayaan. Semua digelar sebagai bentuk sukacita atas datangnya bulan Syawal setelah berpuasa sebulan penuh di Ramadan.

Biasanya, di tiap kecamatan di Kota Kretek memiliki agendanya masing-masing. Ada yang berskala lokal namun ada juga yang berskala lebih besar. Berikut adalah beberapa agenda yang bisa kamu ikuti di perayaan Lebaran Ketupat di Kudus

Tradisi Sewu Kupat

Setelah vakum kurang lebih selama lebih dari lima tahun, tradisi Sewu Kupat di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah hadir kembali di tahun ini. Adapun lokasinya akan dilaksanakan di Taman Ria Colo pada Lebaran ketujuh.

Sebelumnya tradisi ini memang dihadirkan pemerintah kabupaten dengan menggunakan anggaran daerah. Namun di tahun 2024 ini, masyarakat ingin menghadirkannya secara swadaya.

Yang menarik, panitia akan menyediakan 4.000 porsi makan ketupat secara cuma-cuma alias gratis.

Lokasi makan ketupat gratis ini rencananya akan dipusatkan di Taman Ria Colo, atau lokasi yang sama untuk gelaran tradisi sewu kupat Kudus di tanggal 17 April 2024 mendatang. Ketupat-ketupat itu akan disajikan usai prosesi tradisi kirab dilangsungkan.

Syawalan Praon

Tradisi Syawalan Praon ini akan digelar di Wisata Mbalong Sangkal Putung Desa Kesambi Kecamatan Mejobo pada 17 April 2024 mendatang. Agendanya pun terbilang beragam. Mulai dari kirab ketupat hingga lomba praon alias perahu.

Warga yang hadir biasanya akan menikmati wahana yang ada, seperti menaiki perahu, becak bebek air hingga beberapa wahana lain. Pengunjung juga bisa ikut merasakan berebut ketupat dari gunungan yang akan disediakan pihak panitia.

Tradisi Bulusan

Tradisi Bulusan digelar di Desa Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, setiap tanggal 8 Syawal. Tradisi ini cukup lekat dengan kisah Sunan Muria dan Mbah Dudo di Kudus.

Sesuai namanya dalam tradisi ini memang ada bulus atau kura-kura yang dipercaya merupakan penjelmaan dua santri Mbah Dudo yang ditegur Sunan Muria. Mereka berubah menjadi kura-kura karena tetap bekerja di sawah meski sudah memasuki waktu salat magrib dan malam Ramadan.

Saat mereka diajak ke masjid oleh Sunan Muria, santri tersebut berkilah menunggu pekerjaannya selesai. Sunan Muria pun berujar ”Orang kok kaya bulus”, dan seketika dua santri itu berubah menjadi kura-kura.

Tradisi Bulusan Desa Hadipolo kini hampir mirip mini Dandangan. Banyak pedagang berjualan di seputar jalan Dukuh Sumber Desa Hadipolo. Puncaknya adalah ketika warga mengarak gunungan hasil bumi.

Kirab Kupatan Sendang Jodho

Kirab Kupatan ini menjadi agenda tahunan warga Desa Purworejo Kecamatan Bae. Banyak masyarakat sangat antusias ketika kirab gunungan kupat diarak menuju Sendang Jodho, sebuah sendang yang dianggap sakral bagi warga setempat.

penamaan Sendang Jodo berawal dari pemanfaatan sendang di Dukuh Jambean tersebut sebagai tempat tirakat untuk sarana mencari jodoh bagi mereka yang belum mendapat pasangan hidup.

Pengunjung melakukan tirakat dengan cara mandi atau membasuh sebagian tubuh di sendang tersebut. Kini, sebagian besar pengunjung datang ke Sendang Jodo untuk berwisata dan berswafoto.

Komentar