Ngaji NgAllah Suluk Maleman: Menjadi Manusia Merdeka

Cholis Anwar
Minggu, 16 April 2023 14:05:26


Dalam Ngaji NgAllah Suluk Maleman di Rumah Adab Indonesia Mulia pada Sabtu (15/4/2023), Anis Sholeh Ba`asyin menjelaskan, peradaban modern adalah peradaban yang dicirikan oleh salah satunya adalah keserakahan.
Anis kemudian mengutip Joseph E. Stiglizt, pemenang Nobel 2001 untuk bidang ekonomi yang menyatakan bahwa keserakahan adalah bentuk pelampiasan nafsu. Menurut Anis, dari sudut pandang tersebut, peradaban modern bisa disebut sebagai peradaban yang memosisikan nafsu sebagai pengendali dan panglimanya.
Baca: Suluk Maleman Nilai Pandemi Jadi Cermin Sistem di Masyarakat
”Padahal nafsu hanya satu unsur dari diri manusia. Unsur yang seharusnya dikendalikan, bukan mengendalikan,” jelas Anis.
Pihaknya menegaskan, ketika nafsu yang secara simbolik digambarkan sebagai unsur api dijadikan panglima; maka kebakaran, penghangusan terjadi dimana-mana. Hal ini kian terlihat ketika saat ini banyak peradaban yang semakin rusak.
”Api adalah unsur yang secara hakiki rendah, maka ia butuh ditinggikan. Dalam kaitan ini, kita lihat betapa peradaban modern acap menganggap tinggi dan mulia hal-hal yang sejatinya rendah. Obsesi dan pemujaan yang luar biasa pada segala yang bersifat materi dan jasadi adalah salah satu contohnya,” terang Anis.
Sementara dalam laku manusia, itu tercermin antara lain dalam kesombongan dan sikap tinggi hati. Laku-laku semacam ini bisa dipastikan lahir dari akar kerendahan, sehingga butuh bukti untuk menunjukkan ketinggian posisinya.
Baca: Suluk Maleman "MEMINTAL RAHMAT"
“Ini kan aneh. Manusia yang secara hakiki diciptakan sebagai sebaik-baik ciptaan, dalam ketinggian derajat, justru mengagung-agungkan segala sesuatu yang berasal dari kerendahan tempatnya diturunkan,” sindir Anis.
Menurut Anis, sebagai mahluk yang asalnya tinggi, maka manusia seharusnya tidak mengandalkan api, tapi meniru air. Air sumber asalnya selalu ada di ketinggian yakni di pegunungan. Dan air selalu turun ke tempat yang paling rendah yang bisa ditemukan.
Air memberi kita pelajaran bahwa sesuatu yang asalnya tinggi, justru akan selalu memosisikan diri di tempat rendah. Selalu berupaya merendah.
“Bahkan dalam salah satu ayat Al Qur’an, disebut bahwa Arsy atau ‘singgasana’ Allah pun diletakkan di atas air. Tentu saja ini lambang sekaligus pelajaran yang menarik bagi manusia; karena Allah sendiri yang tak ada yang lebih tinggi dan mulia dari Dia, justru menggambarkan Arsy-Nya berada di atas air; unsur alam yang selalu memosikan dirinya untuk mencari tempat paling rendah,” terangnya.
Tentu saja unsur api bukanlah sesuatu yang sia-sia dan tak berguna. Seharusnya api menjadi alat yang dikelola dan dikendalikan manusia. Salah satunya yang paling efektif adalah lewat berpuasa.
Baca: Ngaji Suluk Maleman Ajak Masyarakat Jaga Persatuan
Dengan mengendalikan nafsu maka manusia tidak akan menyebabkan kerusakan di muka bumi, apalagi bagi dirinya sendiri.
”Namun kalau nafsu terus mendominasi, maka kita akan selalu gagal sebagai manusia. Kita hanya akan menebar api pada diri sendiri dan keluarga, dan pada gilirannya pada masyarakat yang lebih luas bila memaksakan diri menjadi pemimpin,” imbuhnya.