Rabu, 19 November 2025

Murianews, Pati – Anis Sholeh Ba’asyin membuka diskusi Suluk Maleman edisi ke-142 dengan mengungkapkan bahwa reaksi dan tindakan manusia pada dasarnya dikendalikan oleh otak, dan kerja otak tersebut dibentuk oleh pembiasaan.

Pembiasaan ini pada akhirnya akan membentuk khulq, wadag halus, atau kepribadian seseorang, yang tercermin dalam akhlak. Oleh karena itu, istiqomah (konsistensi) dalam kebaikan secara otomatis akan melahirkan pribadi yang mulia, begitu juga sebaliknya.

Dalam diskusi yang bertema ”Meniti Batas,” dan Anis Sholeh Ba’asyin menggambarkan kehidupan manusia sebagai sebuah proses meniti shirothol mustaqim.

”Dalam kehidupan, manusia harus bisa meniti batas. Batas yang membentang antara samudra keabadian dan samudra kefanaan, antara yang rohani dengan yang jasmani, antara individu dengan masyarakat, antara masa lampau dan masa depan, antara yang lokal dan yang universal, dan seterusnya. Garis batas itulah yang disebut sebagai shirothol mustaqim,” terangnya dalam diskusi yang digelar di Rumah Adab Indonesia Mulia pada Sabtu (21/10/2023) itu.

Menurut Anis, salah satu landasan penting untuk meniti batas ini adalah pembiasaan baik dalam memori otak. Tanpa pembiasaan yang tepat dan istiqomah, nalar otak dan reaksi manusia seringkali tampak acak dan tidak konsisten, terutama di tengah dominasi permasalahan duniawi dalam pemikiran manusia.

Anis Sholeh Ba’asyin juga menekankan, pembiasaan dalam kebaikan harus dimulai sejak dini, bahkan sejak usia tujuh tahun. Pembiasaan tersebut akan tersimpan di memori otak dan membentuk reaksi tindakan yang baik dalam berbagai situasi.

Seperti halnya kebiasaan membuang sampah pada tempatnya akan membentuk kebiasaan berperilaku baik dan tepat dalam situasi lain.

Ia juga menjelaskan, syariat Islam di antara tujuan-tujuannya, adalah sebagai sarana untuk melatih dan membiasakan individu agar memiliki landasan hidup yang baik.

Islam mengajarkan untuk berhenti makan sebelum kenyang, menggunakan air dengan bijak, dan menjalankan salat tepat waktu adalah pembiasaan yang akan membentuk pribadi yang baik.

”Belajar agama tentu tak sebatas sebagai pengetahuan saja, namun juga mempraktikannya dalam perbuatan. Jangan sampai ilmu hanya di ingatan saja, yang muncul sekadar sebagai wacana, namun tak tampak dalam perbuatan,” tegasnya.

Komentar

Terpopuler