PBNU Sesalkan Kunjungan Lima Tokoh Muda NU ke Israel
Cholis Anwar
Senin, 15 Juli 2024 14:43:00
Murianews, Jakarta – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Savic Ali menyesalkan tindakan lima tokoh muda NU yang melakukan kunjungan ke Israel dan bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.
Kunjungan tersebut dinilai sebagai tindakan yang tidak memahami geopolitik, kebijakan organisasi NU, serta perasaan seluruh warga NU. Savic menegaskan, kunjungan kelima warga NU tersebut tidak atas nama organisasi.
”PBNU tidak mengetahui dukungan pihak mana yang memungkinkan mereka berangkat ke Israel. Kemungkinan kunjungan mereka atas nama pribadi. Kita tidak tahu tujuannya apa dan siapa yang mensponsorinya. Ini tindakan yang disesalkan,” ujar Savic dikutip dari NU Online, Senin (15/7/2024).
Meskipun kunjungan itu diklaim sebagai urusan pribadi, Savic menyatakan bahwa kelima individu tersebut dikenal sebagai warga dan aktivis NU. Hal ini, menurutnya, dapat memperburuk citra NU di mata publik.
”Sikap PBNU dan Nahdliyin sangat jelas hingga saat ini, yaitu berdiri di sisi Palestina dan mengecam agresi militer Israel,” sambungnya.
Savic menegaskan, Israel hingga saat ini tidak mengakui Palestina dan terus melakukan agresi militer yang memakan ribuan korban jiwa, banyak di antaranya warga sipil.
”Israel masih menjatuhkan bom dan peluru kepada warga Palestina. Korbannya banyak sekali, warga sipil,” katanya.
Dalam upaya mendukung Palestina, PBNU terus melakukan komunikasi intensif. Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, bertemu dengan Duta Besar Palestina, Zuhair al-Shun, di Gedung PBNU pada Kamis (11/7/2024).
Pertemuan ini membahas perkembangan terkini di Palestina dan langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh NU untuk mendukung kemerdekaan Palestina serta menghentikan kekerasan yang terjadi.
Ketika ditanya mengenai kemungkinan sanksi terhadap kelima warga yang berkunjung ke Israel, Savic menjelaskan bahwa PBNU akan mengklarifikasi tujuan kunjungan mereka terlebih dahulu.
”Tapi yang jelas, keberangkatan mereka sulit diterima karena melukai perasaan warga Nahdliyin. Tidak semestinya warga NU berkunjung ke Israel. Ini tindakan tidak paham geopolitik dan perasaan warga NU,” tegasnya.
Murianews, Jakarta – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Savic Ali menyesalkan tindakan lima tokoh muda NU yang melakukan kunjungan ke Israel dan bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.
Kunjungan tersebut dinilai sebagai tindakan yang tidak memahami geopolitik, kebijakan organisasi NU, serta perasaan seluruh warga NU. Savic menegaskan, kunjungan kelima warga NU tersebut tidak atas nama organisasi.
”PBNU tidak mengetahui dukungan pihak mana yang memungkinkan mereka berangkat ke Israel. Kemungkinan kunjungan mereka atas nama pribadi. Kita tidak tahu tujuannya apa dan siapa yang mensponsorinya. Ini tindakan yang disesalkan,” ujar Savic dikutip dari NU Online, Senin (15/7/2024).
Meskipun kunjungan itu diklaim sebagai urusan pribadi, Savic menyatakan bahwa kelima individu tersebut dikenal sebagai warga dan aktivis NU. Hal ini, menurutnya, dapat memperburuk citra NU di mata publik.
”Sikap PBNU dan Nahdliyin sangat jelas hingga saat ini, yaitu berdiri di sisi Palestina dan mengecam agresi militer Israel,” sambungnya.
Savic menegaskan, Israel hingga saat ini tidak mengakui Palestina dan terus melakukan agresi militer yang memakan ribuan korban jiwa, banyak di antaranya warga sipil.
”Israel masih menjatuhkan bom dan peluru kepada warga Palestina. Korbannya banyak sekali, warga sipil,” katanya.
Dalam upaya mendukung Palestina, PBNU terus melakukan komunikasi intensif. Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, bertemu dengan Duta Besar Palestina, Zuhair al-Shun, di Gedung PBNU pada Kamis (11/7/2024).
Pertemuan ini membahas perkembangan terkini di Palestina dan langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh NU untuk mendukung kemerdekaan Palestina serta menghentikan kekerasan yang terjadi.
Ketika ditanya mengenai kemungkinan sanksi terhadap kelima warga yang berkunjung ke Israel, Savic menjelaskan bahwa PBNU akan mengklarifikasi tujuan kunjungan mereka terlebih dahulu.
”Tapi yang jelas, keberangkatan mereka sulit diterima karena melukai perasaan warga Nahdliyin. Tidak semestinya warga NU berkunjung ke Israel. Ini tindakan tidak paham geopolitik dan perasaan warga NU,” tegasnya.