Pesan JK ke Prabowo Soal Menteri Pendidikan ke Depan
Cholis Anwar
Senin, 9 September 2024 08:25:00
Murianews, Jakarta – Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Indonesia, Jusuf Kalla (JK), secara khusus meminta kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto agar tidak salah memilih Menteri Pendidikan untuk periode pemerintahannya yang akan datang.
Menurut JK, Menteri Pendidikan haruslah seseorang yang ahli di bidang pendidikan, guna mengatasi berbagai persoalan yang terus memburuk di sektor ini, termasuk penurunan Skor Programme for International Student Assessment (PISA).
”Masalah pendidikan semakin banyak, salah satunya Skor PISA yang semakin memburuk. Menteri pendidikan ke depan harus benar-benar paham dunia pendidikan,” kata JK dalam acara bertajuk ”Menggugat Kebijakan Anggaran Pendidikan” di Jakarta dikutip dari CNBC Indonensia, Senin (9/9/2024).
Skor PISA yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) setiap tiga tahun sekali menunjukkan penurunan signifikan untuk Indonesia. Pada tahun 2022, Indonesia berada di posisi ke-66 dari 81 negara, atau termasuk 15 negara dengan skor terendah di dunia.
Skor untuk matematika turun menjadi 366 dari 379 pada tahun 2018, sains turun menjadi 383 dari 398, dan skor membaca turun menjadi 359 dari 371.
JK menekankan, tanpa pemimpin yang ahli, sektor pendidikan di Indonesia akan terus mengalami kemunduran.
”Begitu menterinya tidak mengerti pendidikan, dan malas mengurus pendidikan, kacau semuanya,” tegasnya.
Dalam pernyataannya, JK juga menyinggung Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yang menurutnya tidak memiliki latar belakang pendidikan dan dinilai jarang turun langsung ke lapangan.
”Saya minta maaf, karena minta bertemu saja dengan beliau di apartemen. Jadi ke depan, jangan lagi memilih menteri seperti ini. Karena berapa pun besar anggaran yang diberikan, jika CEO-nya seperti ini, tidak akan ada perubahan yang baik,” ujar JK.
JK menyebut, menteri pendidikan idealnya adalah seseorang yang memiliki pengalaman dan pemahaman mendalam di bidang pendidikan. Ia menyebut nama-nama besar seperti Ki Hadjar Dewantara, Soemantri, Daoed Joesoef, hingga Anies Baswedan, yang dianggap memiliki kontribusi signifikan dalam membangun sistem pendidikan Indonesia.
”Coba lihat menteri-menteri pendidikan kita sebelumnya, semua ahli pendidikan. Ada Ki Hadjar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa, ada Daoed Joesoef, ada Anies Baswedan. Semuanya punya pengalaman pendidikan yang kuat,” katanya.
Menurut JK, anggaran pendidikan yang besar tidak akan membuahkan hasil jika tidak diiringi dengan kepemimpinan yang memahami sistem dan kebutuhan pendidikan secara mendalam.
”Kalau tidak mengerti pendidikan, mau berapa pun anggarannya, pendidikan akan hancur,” ujarnya.
Murianews, Jakarta – Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Indonesia, Jusuf Kalla (JK), secara khusus meminta kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto agar tidak salah memilih Menteri Pendidikan untuk periode pemerintahannya yang akan datang.
Menurut JK, Menteri Pendidikan haruslah seseorang yang ahli di bidang pendidikan, guna mengatasi berbagai persoalan yang terus memburuk di sektor ini, termasuk penurunan Skor Programme for International Student Assessment (PISA).
”Masalah pendidikan semakin banyak, salah satunya Skor PISA yang semakin memburuk. Menteri pendidikan ke depan harus benar-benar paham dunia pendidikan,” kata JK dalam acara bertajuk ”Menggugat Kebijakan Anggaran Pendidikan” di Jakarta dikutip dari CNBC Indonensia, Senin (9/9/2024).
Skor PISA yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) setiap tiga tahun sekali menunjukkan penurunan signifikan untuk Indonesia. Pada tahun 2022, Indonesia berada di posisi ke-66 dari 81 negara, atau termasuk 15 negara dengan skor terendah di dunia.
Skor untuk matematika turun menjadi 366 dari 379 pada tahun 2018, sains turun menjadi 383 dari 398, dan skor membaca turun menjadi 359 dari 371.
JK menekankan, tanpa pemimpin yang ahli, sektor pendidikan di Indonesia akan terus mengalami kemunduran.
”Begitu menterinya tidak mengerti pendidikan, dan malas mengurus pendidikan, kacau semuanya,” tegasnya.
Dalam pernyataannya, JK juga menyinggung Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yang menurutnya tidak memiliki latar belakang pendidikan dan dinilai jarang turun langsung ke lapangan.
”Saya minta maaf, karena minta bertemu saja dengan beliau di apartemen. Jadi ke depan, jangan lagi memilih menteri seperti ini. Karena berapa pun besar anggaran yang diberikan, jika CEO-nya seperti ini, tidak akan ada perubahan yang baik,” ujar JK.
JK menyebut, menteri pendidikan idealnya adalah seseorang yang memiliki pengalaman dan pemahaman mendalam di bidang pendidikan. Ia menyebut nama-nama besar seperti Ki Hadjar Dewantara, Soemantri, Daoed Joesoef, hingga Anies Baswedan, yang dianggap memiliki kontribusi signifikan dalam membangun sistem pendidikan Indonesia.
”Coba lihat menteri-menteri pendidikan kita sebelumnya, semua ahli pendidikan. Ada Ki Hadjar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa, ada Daoed Joesoef, ada Anies Baswedan. Semuanya punya pengalaman pendidikan yang kuat,” katanya.
Menurut JK, anggaran pendidikan yang besar tidak akan membuahkan hasil jika tidak diiringi dengan kepemimpinan yang memahami sistem dan kebutuhan pendidikan secara mendalam.
”Kalau tidak mengerti pendidikan, mau berapa pun anggarannya, pendidikan akan hancur,” ujarnya.