Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jakarta – Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri mengatakan, komitmen untuk hidup berdampingan secara damai merupakan hal fundamental yang tidak pernah berubah dalam hubungan antara Indonesia dan Rusia.

Hal ini diungkapkannya saat memberikan kuliah umum bertajuk ”Tantangan Geopolitik dan Pancasila Sebagai Jalan Tata Dunia Baru” dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun ke-300 Universitas St. Petersburg, Rusia, Senin (16/9/2024).

Kuliah umum tersebut dihadiri oleh ratusan mahasiswa dan civitas academica Universitas St. Petersburg. Dalam kesempatan itu, Megawati mengulas perjalanan panjang hubungan bilateral antara Indonesia dan Rusia, yang berakar sejak era kepemimpinan Presiden Soekarno.

”Pertama, ketika Dr Ir Soekarno atau yang sering disebut Bung Karno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia, berkunjung ke Uni Soviet pada tahun 1956 dan bertemu dengan Presiden Voroshilov. Bung Karno sangat terkesan dengan jalan sosialisme dan prinsip ko-eksistensi yang diterapkan,” ujar Megawati dikutip dari Antara, Selasa (17/9/2024).

Lebih lanjut, Megawati juga mengenang kunjungan balasan Presiden Rusia Nikita Khrushchev ke Indonesia pada tahun 1962. Saat itu, Indonesia mendapat berbagai bantuan dari Uni Soviet, termasuk pembangunan Gelora Bung Karno, yang menjadi stadion terbesar di Asia Tenggara pada masa itu, serta bantuan peralatan militer demi menjaga kedaulatan wilayah RI.

”Pada saat itu, Bung Karno memberikan penghargaan Bintang Mahaputra kepada Kosmonot Yuri Gagarin. Penghargaan tertinggi tersebut bukan hanya sebagai apresiasi atas kemajuan teknologi ruang angkasa Rusia, tetapi juga sebagai inspirasi bagi pemuda Indonesia untuk mengembangkan visi antariksa,” tambahnya.

Sebagai Ketua Umum PDIP, Megawati juga menceritakan pengalamannya saat menjadi Presiden RI dan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin pada tahun 2001 dan 2003. Kala itu, dunia sedang diwarnai oleh unipolarisme dan perang melawan terorisme.

”Saya memperkuat kerja sama pertahanan, salah satunya dengan membeli Pesawat Tempur Sukhoi. Pesawat tempur ini hingga kini masih sangat unggul dan membanggakan Angkatan Udara kami,” ujarnya.

Megawati menegaskan, sepanjang sejarah hubungan bilateral, prinsip hidup berdampingan secara damai selalu tercermin dalam politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.

”Prinsip ini tertuang dalam politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif,” jelas Megawati.

Dalam paparannya, Megawati menekankan bahwa politik luar negeri bebas aktif bukan berarti netralitas, melainkan keberpihakan pada kemanusiaan dan anti-penjajahan. Ia juga menambahkan bahwa prinsip ini sejalan dengan falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

”Pancasila terdiri dari lima prinsip, yakni Ketuhanan; Kemanusiaan yang adil dan beradab; Kebangsaan; Demokrasi; dan Keadilan Sosial. Dengan sila kemanusiaan, kami bertekad membangun persaudaraan dunia. Dengan keadilan sosial, kami berjuang bagi tatanan dunia yang damai, adil, dan memperjuangkan kesetaraan antarbangsa. Ini adalah contoh implementasi Pancasila dalam hubungan internasional,” jelas Megawati.

Komentar

Terpopuler