Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jakarta – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyatakan kewaspadaannya terhadap dampak konflik antara Iran dan Israel yang berpotensi memengaruhi perekonomian Indonesia.

Dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Juni 2025 di Jakarta, Rabu (18/6/2025), Sri Mulyani menjelaskan, ketegangan antara kedua negara tersebut telah menyebabkan lonjakan harga minyak lebih dari 8 persen.

Padahal,harga semula di bawah 70 dolar AS per barel menjadi 78 dolar AS per barel. Meskipun saat ini harga minyak telah terkoreksi sedikit ke level 75 dolar AS per barel, Sri Mulyani menegaskan jika dampak ketegangan ini cukup signifikan.

”Ini adalah suatu kejadian yang bisa langsung memengaruhi kondisi perekonomian secara sangat signifikan, baik melalui harga komoditas maupun dari sisi nilai tukar, suku bunga, dan aliran modal,” kata Sri Mulyani.

Bersamaan dengan eskalasi konflik di Timur Tengah, Sri Mulyani juga menyoroti kebijakan fiskal ekspansif yang diterapkan Amerika Serikat (AS).

Kebijakan ini berpotensi menimbulkan sentimen negatif terhadap fiskal negara maju, yang pada gilirannya dapat meningkatkan imbal hasil surat utang pemerintah AS (US Treasury).

Gejolak-gejolak tersebut, kata Sri Mulyani, menimbulkan dua risiko utama bagi perekonomian global, termasuk Indonesia, yakni ketidakpastian harga minyak dan pelemahan ekonomi global.

”Itu kombinasi yang harus kita waspadai, baik efek tekanan harga atau inflasi maupun kenaikan imbal hasil karena geopolitik dan kebijakan fiskal. Kedua hal ini menyebabkan dampak kepada seluruh dunia, termasuk Indonesia,” ujarnya.

Selain itu, konflik Iran-Israel juga berpotensi membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Meskipun pendapatan negara berpeluang meningkat dari serapan sektor migas, belanja negara justru akan tertekan mengingat tingginya kebutuhan impor minyak.

Komentar

Terpopuler