BPBD Rembang Bantu Tandon di Desa Terdampak Kekeringan
Dani Agus
Sabtu, 21 September 2024 13:09:00
Murianews, Rembang – Sebagian wilayah Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, sedang dilanda bencana kekeringan sejak beberapa bulan terakhir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang dan pihak lainnya sudah menyalurkan bantuan air bersih ke desa terdampak kekeringan.
Tak hanya itu, BPBD Rembang juga memberikan bantuan tandon air ke sejumlah desa yang mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Tandon air ini diharapkan dapat membantu warga menampung air bantuan dengan lebih efektif.
Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi BPBD Rembang, menyebutkan bahwa dua tandon air telah diberikan kepada Desa Kuangsan di Kecamatan Kaliori dan Desa Logede di Kecamatan Sumber.
”Sedangkan dua desa lainnya tinggal pengiriman. Dua desa itu, Kalitengah Kecamatan Pancur dan Desa Warugunung Kecamatan Bulu,” ujarnya, dilansir dari laman Pemkab Rembang, Sabtu (21/92024).
Tandon berkapasitas 5.000 liter ini dirancang untuk menampung bantuan air, baik dalam kondisi kekeringan maupun saat suplai air berjalan normal. Menurut Puji, tujuan dari pemberian tandon ini adalah agar warga memiliki akses air bersih yang lebih terjamin.
Lebih lanjut, Puji menjelaskan bahwa desa yang menerima bantuan tandon harus memiliki rencana pipanisasi menuju lokasi tandon. Sehingga tandon bisa dimanfaatkan dalam jangka panjang.
“Daripada diberi tandon airnya hanya menunggu bantuan saja kan kurang maksimal manfaatnya. Makanya disiapkan pipanisasi ke arah tandon tersebut,” tambahnya.
Kepala Desa Logede Kecamatan Sumber, Budi Setiawan mengungkapkan tandon bantuan dari BPBD telah diterima dan sangat bermanfaat. Tandon tersebut ditempatkan di wilayah dukuh Lakeh, yang terdapat 100 Kepala Keluarga (KK).
”Tandon itu digunakan menampung bantuan air dari BPBD maupun dari BUMDesma, sangat bermaannfaat, karena kalau pas ada bantuan air datang, mengandalkan jeriken warga kan lama. Rencana kita buat pipanisasi dari RW 4, itukan sudah ada mata air,” tandasnya.
Sementara itu, untuk menanggulangi bencana, pihak BPBD Kabupaten Rembang berkomitmen meningkatkan jumlah Destana hingga mencapai 100 desa baru pada 2025.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Rembang Sri Jarwati mengatakan, dua desa terbaru yang ditetapkan sebagai Destana adalah Desa Dadapan di Kecamatan Sedan dan Desa Sale di Kecamatan Sale.
”Desa tangguh bencana kami bentuk di desa-desa yang rawan bencana supaya desa-desa itu mandiri dalam menghadapi bencana,” ujarnya, dilansir dari laman Pemkab Rembang, Kamis (5/9/2024).
Sri Jarwati, yang akrab disapa Anjar, menegaskan, pembentukan 100 Destana ini sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dengan semakin banyaknya Destana, masyarakat desa diharapkan lebih siap dan tahu apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana.
Untuk mencapai target tersebut, BPBD Rembang akan menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) guna memberikan pelatihan dan penilaian ketangguhan desa. Penilaian ini mencakup lebih dari 100 indikator dan akan menentukan apakah suatu desa masuk dalam kategori pratama, madya, atau utama sebagai Desa Tangguh Bencana.
Murianews, Rembang – Sebagian wilayah Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, sedang dilanda bencana kekeringan sejak beberapa bulan terakhir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang dan pihak lainnya sudah menyalurkan bantuan air bersih ke desa terdampak kekeringan.
Tak hanya itu, BPBD Rembang juga memberikan bantuan tandon air ke sejumlah desa yang mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Tandon air ini diharapkan dapat membantu warga menampung air bantuan dengan lebih efektif.
Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi BPBD Rembang, menyebutkan bahwa dua tandon air telah diberikan kepada Desa Kuangsan di Kecamatan Kaliori dan Desa Logede di Kecamatan Sumber.
”Sedangkan dua desa lainnya tinggal pengiriman. Dua desa itu, Kalitengah Kecamatan Pancur dan Desa Warugunung Kecamatan Bulu,” ujarnya, dilansir dari laman Pemkab Rembang, Sabtu (21/92024).
Tandon berkapasitas 5.000 liter ini dirancang untuk menampung bantuan air, baik dalam kondisi kekeringan maupun saat suplai air berjalan normal. Menurut Puji, tujuan dari pemberian tandon ini adalah agar warga memiliki akses air bersih yang lebih terjamin.
Lebih lanjut, Puji menjelaskan bahwa desa yang menerima bantuan tandon harus memiliki rencana pipanisasi menuju lokasi tandon. Sehingga tandon bisa dimanfaatkan dalam jangka panjang.
“Daripada diberi tandon airnya hanya menunggu bantuan saja kan kurang maksimal manfaatnya. Makanya disiapkan pipanisasi ke arah tandon tersebut,” tambahnya.
Kepala Desa Logede Kecamatan Sumber, Budi Setiawan mengungkapkan tandon bantuan dari BPBD telah diterima dan sangat bermanfaat. Tandon tersebut ditempatkan di wilayah dukuh Lakeh, yang terdapat 100 Kepala Keluarga (KK).
”Tandon itu digunakan menampung bantuan air dari BPBD maupun dari BUMDesma, sangat bermaannfaat, karena kalau pas ada bantuan air datang, mengandalkan jeriken warga kan lama. Rencana kita buat pipanisasi dari RW 4, itukan sudah ada mata air,” tandasnya.
Sementara itu, untuk menanggulangi bencana, pihak BPBD Kabupaten Rembang berkomitmen meningkatkan jumlah Destana hingga mencapai 100 desa baru pada 2025.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Rembang Sri Jarwati mengatakan, dua desa terbaru yang ditetapkan sebagai Destana adalah Desa Dadapan di Kecamatan Sedan dan Desa Sale di Kecamatan Sale.
”Desa tangguh bencana kami bentuk di desa-desa yang rawan bencana supaya desa-desa itu mandiri dalam menghadapi bencana,” ujarnya, dilansir dari laman Pemkab Rembang, Kamis (5/9/2024).
Sri Jarwati, yang akrab disapa Anjar, menegaskan, pembentukan 100 Destana ini sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dengan semakin banyaknya Destana, masyarakat desa diharapkan lebih siap dan tahu apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana.
Untuk mencapai target tersebut, BPBD Rembang akan menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) guna memberikan pelatihan dan penilaian ketangguhan desa. Penilaian ini mencakup lebih dari 100 indikator dan akan menentukan apakah suatu desa masuk dalam kategori pratama, madya, atau utama sebagai Desa Tangguh Bencana.