Dandim 0719/Jepara Letkol Inf. Mukhammad Husnur Rofiq menyatakan akan membentuk satuan tugas (satgas) dan melakukan
. Satgas ini akan beroperasi mulai Juni 2023 hingga Agustus 2023.
Dalam operasinya, TNI melalui Babinsa dan Polri melalui Bhabinkamtibmas akan melakukan intervensi langsung ke desa-desa menggunakan makanan pendamping yang tinggi gizi.
”Melalui operasi ini, harapannya ketika SSGI (Studi Status Gizi Indonesia) bulan Agustus nanti targetnya 0 persen,” target Rofiq, Rabu (14/6/2023).
Dirinya meminta kepada satgas agar monitoring laporan dilakukan tiap hari dan nantinya akan dievaluasi per dua minggu. Rofiq mendorong agar seluruh pihak senantiasa siap mendampingi anak penderita stunting dan selalu siap membawa perlengkapan seperti suplemen, susu, dan makanan pendamping lainnya.
”Pendampingan akan dilakukan pada pagi dan sore hari untuk memastikan jika susu diminum oleh bayi stunting ini. Semuanya akan dilaporkan tiap hari,” katanya.
Pj Bupati Jepara Edy Supriyanta menyambut baik operasi tersebut. Mengingat, tahun 2023 ini jumlah kasus stunting di Jepara masih 5.353 kasus. Pemerintah Kabupaten Jepara menargetkan maksimal pada 2024 sudah tidak ada lagi stunting di Kota Ukir.Di tahap awal ini, lanjut Edy, intervensi penanganan stunting diberikan kepada bayi dibawah dua tahun (baduta) karena keterbatasan anggaran. Dari total 5.353 anak penderita stunting, sekitar 2.600 merupakan baduta.”Baduta ini yang sementara ini menjadi target intervensi. Nanti akan diberikan susu dan makanan tambahan termasuk algae,” jelasnya.Dirinya meminta agar semua pihak mendukung upaya percepatan penurunan stunting ini, baik pihak kecamatam hingga pemerintah desa. ”Bidan desa hingga para relawan harus mendukung babinsa dan bhabinkamtibmas,” tegas Edy. Editor: Dani Agus
Murianews, Jepara – Pengentasan kasus stunting di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, dilakukan secara kolaboratif. Kodim 0719/Jepara bahkan menyiapkan operasi khusus pengentasan gagal tumbuh pada anak tersebut.
Dandim 0719/Jepara Letkol Inf. Mukhammad Husnur Rofiq menyatakan akan membentuk satuan tugas (satgas) dan melakukan
operasi percepatan penurunan stunting. Satgas ini akan beroperasi mulai Juni 2023 hingga Agustus 2023.
Dalam operasinya, TNI melalui Babinsa dan Polri melalui Bhabinkamtibmas akan melakukan intervensi langsung ke desa-desa menggunakan makanan pendamping yang tinggi gizi.
Baca juga: Stunting di Jepara Disebabkan Pola Asuh Buruk
”Melalui operasi ini, harapannya ketika SSGI (Studi Status Gizi Indonesia) bulan Agustus nanti targetnya 0 persen,” target Rofiq, Rabu (14/6/2023).
Dirinya meminta kepada satgas agar monitoring laporan dilakukan tiap hari dan nantinya akan dievaluasi per dua minggu. Rofiq mendorong agar seluruh pihak senantiasa siap mendampingi anak penderita stunting dan selalu siap membawa perlengkapan seperti suplemen, susu, dan makanan pendamping lainnya.
”Pendampingan akan dilakukan pada pagi dan sore hari untuk memastikan jika susu diminum oleh bayi stunting ini. Semuanya akan dilaporkan tiap hari,” katanya.
Pj Bupati Jepara Edy Supriyanta menyambut baik operasi tersebut. Mengingat, tahun 2023 ini jumlah kasus stunting di Jepara masih 5.353 kasus. Pemerintah Kabupaten Jepara menargetkan maksimal pada 2024 sudah tidak ada lagi stunting di Kota Ukir.
Di tahap awal ini, lanjut Edy, intervensi penanganan stunting diberikan kepada bayi dibawah dua tahun (baduta) karena keterbatasan anggaran. Dari total 5.353 anak penderita stunting, sekitar 2.600 merupakan baduta.
”Baduta ini yang sementara ini menjadi target intervensi. Nanti akan diberikan susu dan makanan tambahan termasuk algae,” jelasnya.
Dirinya meminta agar semua pihak mendukung upaya percepatan penurunan stunting ini, baik pihak kecamatam hingga pemerintah desa. ”Bidan desa hingga para relawan harus mendukung babinsa dan bhabinkamtibmas,” tegas Edy.
Editor: Dani Agus