Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jepara RA Kartini adalah simbol kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan. Pahlawan nasional kelahiran Kabupaten Jepara, Jawa Tengah itu gigih memperjuangkan nasib perempuan agar bisa mendapatkan pendidikan layaknya laki-laki.

RA Kartini sempat ingin menempuh sekolah dokter di Batavia. Namun ayahnya tak setuju karena sekolah itu semuanya diperuntukan untuk para laki-laki. Ayahnya tidak mengizinkan Kartini mengikuti pendidikan guru, sesuai cita-citanya sejak kecil.

Harapan RA Kartini untuk mengikuti pendidikan guru sirna saat sebagian besar bupati menolak surat edaran Direktur Pendidikan Hindia Belanda, J.H. Abendanon. Dengan alasan aturan adat, bangsawan tidak mengizinkan anak perempuannya dididik di luar.

Setelah batal sekolah ke Belanda, RA Kartini dan adiknya RA Roekmini memutuskan membuka sekolah untuk anak gadis di Jepara. Sekolah itu untuk menekankan pembinaan budi pekerti dan karakter anak.

Pada bulan Juni 1903, kegiatan sekolah dimulai di pendopo kabupaten Jepara. Tepatnya berada di serambi belakang Pendopo Kabupate Jepara, yang hingga saat ini masih ada.

RA Kartini mengatur sekolah sesuai dengan gagasan yang ada di dalam dirinya. Murid-muridnya adalah anak perempuan priyayi ada ada di Kota Jepara. Sekolah dilakukan selama empat hari dalam seminggu mulai Senin hingga Kamis. Para siswa masuk jam 08.00 dan pulang jam 12.30.

Murid-murid belajar membaca, menulis, menggambar, tata krama, sopan-santun, memasak, serta membuat kerajinan tangan. Aktivitas RA Kartini mengurus sekolah menjadikannya melupakan rasa pedih karena gagal berangkat ke Belanda.

Pertengahan Juli 1903 perhatian Kartini dalam mengelola sekolah mulai terpecah. Itu terjadi karena datang utusan Bupati Rembang Raden Adipati Djojo Adiningrat membawa surat lamaran untuk RA Kartini.

Jejak perjuangan RA Kartini dalam memajukan pendidikan perempuan pribumi masih ada. Serambi belakang tempat Kartini mengajar masih berdiri, meski telah beberapa kali diperbaiki.

Serambi belakang ini tidak banyak berubah, dengan pintu, jendela, dan tiang-tiang kayu yang masih orisinal. Kini, serambi belakang pendapa diberi kursi-kursi kuno peninggalan masa lalu.

Tempat ini kini sering digunakan para pejabat pemerintah untuk rapat atau menggelar pertemuan-pertemuan. Pada momen peringatan Hari Kartini, terkadang serambi belakang dijadikan tempat untuk merayakan dengan berbagai kegiatan.

Editor: Budi Santoso

Komentar

Terpopuler