Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Jepara, Diyar Susanto mengatakan, selama ini lahan pertanian di kawasan pesisir Jepara tidak bisa menghasilkan padi dengan optimal. Itu lantaran varian padi yang ditanam tidak sesuadengan kondisi tanah yang ada di pesisir Jepara.
"Sehingga melalui kolaborasi ini, harapannya hasil padinya nanti bisa lebih optimal dan hasilnya bisa sama seperti padi yang ditanam di daratan," katanya saat ditemui di Kantor DKPP Jepara, Selasa (26/8/2025).
Diyar Susanto menjelaskan, padi Biosalin sendiri merupakan varietas padi yang bisa tumbuh di lahan dengan kadar garam atau salinitas tinggi, seperti di daerah pesisir yang sering terkena intrusi air laut. Di pesisir Jepara, masuknya air laut ke daerah air tawar menyebabkan air tanah di daerah tersebut menjadi asin.
Dalam kerjasama tersebut, lanjut Diyar, lokasi penanaman padi dibagi di dua wilayah berbeda. Masing-masing di Desa Bandungharjo, Kecamatan Donorojo oleh Kelompok Tani Jaya III dan di Desa Suwawal, Kecamatan Mlonggo oleh Kelompok Tani Sari Mulyo. Luas lahannya masing-masing 10 hektare.
"Prediksi tingkat tumbuh sampai hasil (panen) semoga bisa baik, sehingga masyarakat secara umum bisa mengikuti," ujarnya.
Terpisah, Plt Kepala Bidang Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Holtikultura pada DKPP Kabupaten Jepara Zumiyarsih mengatakan saat ini kerjasama dengan BRIN tersebut masih dalam tahap sosialisasi. Sedangkan untuk penanamannya sendiri masih menunggu musim hujan tiba. Sebab lahan sawah di daerah tersebut termasuk dalam jenis sawah tadah hujan.
"Hari ini baru kita sosialisasikan ke dua kelompok tani yang menjadi sasaran lokasi penanaman. Karena sawahnya tadah hujan nanti menunggu hujan dulu (untuk masa tanamnya)," katanya.
Murianews, Jepara – Pemerintah Kabupaten Jepara (Pemkab Jepara), Jawa Tengah menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia untuk mengembangkan padi jenis Biosalin. Padi jenis itu dianggap bisa dikembangkan di wilayah pesisir Jepara.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Jepara, Diyar Susanto mengatakan, selama ini lahan pertanian di kawasan pesisir Jepara tidak bisa menghasilkan padi dengan optimal. Itu lantaran varian padi yang ditanam tidak sesuadengan kondisi tanah yang ada di pesisir Jepara.
"Sehingga melalui kolaborasi ini, harapannya hasil padinya nanti bisa lebih optimal dan hasilnya bisa sama seperti padi yang ditanam di daratan," katanya saat ditemui di Kantor DKPP Jepara, Selasa (26/8/2025).
Diyar Susanto menjelaskan, padi Biosalin sendiri merupakan varietas padi yang bisa tumbuh di lahan dengan kadar garam atau salinitas tinggi, seperti di daerah pesisir yang sering terkena intrusi air laut. Di pesisir Jepara, masuknya air laut ke daerah air tawar menyebabkan air tanah di daerah tersebut menjadi asin.
Dalam kerjasama tersebut, lanjut Diyar, lokasi penanaman padi dibagi di dua wilayah berbeda. Masing-masing di Desa Bandungharjo, Kecamatan Donorojo oleh Kelompok Tani Jaya III dan di Desa Suwawal, Kecamatan Mlonggo oleh Kelompok Tani Sari Mulyo. Luas lahannya masing-masing 10 hektare.
"Prediksi tingkat tumbuh sampai hasil (panen) semoga bisa baik, sehingga masyarakat secara umum bisa mengikuti," ujarnya.
Terpisah, Plt Kepala Bidang Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Holtikultura pada DKPP Kabupaten Jepara Zumiyarsih mengatakan saat ini kerjasama dengan BRIN tersebut masih dalam tahap sosialisasi. Sedangkan untuk penanamannya sendiri masih menunggu musim hujan tiba. Sebab lahan sawah di daerah tersebut termasuk dalam jenis sawah tadah hujan.
"Hari ini baru kita sosialisasikan ke dua kelompok tani yang menjadi sasaran lokasi penanaman. Karena sawahnya tadah hujan nanti menunggu hujan dulu (untuk masa tanamnya)," katanya.
Lahan seluas 1200 Hektar...
Secara keseluruhan, ia menyebutkan total lahan sawah di Jepara yang berada di daerah pesisir mencapai seluas 1.200 hektare. Jenis varietas padi yang ditanam kebanyakan selama ini adalah padi jenis Inpari 32.
"Inpari 32 ini bukan varietas khusus di daerah Biosalin (lahan yang mengandung kadar garam), tapi masih bisa beradaptasi. Yang sekarang dari BRIN ini varietas Biosalin 1 dan 2," ujarnya.
Selama ini, menurut Zumirarsyih, yang menjadi kendala para petani di daerah pesisir Jepara adalah saat terjadi intrusi air laut di masa pertumbuhan padi. Hal tersebut menyebabkan jumlah gabah yang dihasilkan tidak bisa optimal.
Editor: Budi Santoso