Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jepara – Seni Kentrung khas Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) memasuki masa senja. Minimnya minat dari generasi muda membuat kesenian ini hanya dilestarikan oleh segelintir orang saja.

Joharta Adi, seorang pemuda yang aktif melestarikan seni kentrung, mengungkapkan jika kepedulian generasi muda Jepara terhadap kesenian ini sangat rendah.

Saat ini, hanya ada beberapa pelajar yang tertarik belajar seni kentrung di sanggar seni Yayasan Jungpara milik seniman senior, Sarjono atau akrab disapa Mbah Jon, di Desa Langon. Atau kini diberi nama Sekolah Rakyat Kentrung Jepara.

Di masa lalu, ungkap dia, kelompok kesenian Kentrung Jepara bisa diundang lebih dari 20 kali dalam satu bulan untuk tampil di berbagai acara.

”Saat ini, paling banyak dua kali dalam satu bulan. Itu pun belum tentu,” kata dia, Kamis (11/9/2025).

Menurut Joharta, kurangnya acara atau pementasan membuat seni kentrung Jepara makin berat untuk bertahan. Padahal, seni ini sudah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda tingkat nasional.

"Kondisi inilah yang membuat Mbah Jon, kami dan kawan-kawan terpanggil untuk melestarikan seni Kentrung Jepara," ujar Joharta.

Menurut Joharta, saat ini komunitas masih menghadapi sejumlah kendala. Yaitu minimnya naskah sastra tutur yang digunakan dalam pementasan kentrung.

Untuk mengatasinya, Joharta dan teman-temannya merekam naskah yang dilantunkan oleh dua seniman senior yang masih aktif, yaitu Mbah Ahmadi dan Mbah Parmo.menjadi kendala utama.

Joharta berharap, para pemangku kepentingan di daerah dan masyarakat dapat bersama-sama mendukung upaya pelestarian seni Kentrung Jepara agar generasi penerus tetap dapat menikmati nilai-nilai budaya luhur yang diwariskan para pendahulu.

Upaya penyelamatan... 

  • 1
  • 2

Komentar

Terpopuler