Menelisik Ciri Khas Gebyok Kudusan Mbah Rogo Moyo
Muhamad Fatkhul Huda
Kamis, 13 Juni 2024 18:06:00
Murianews, Kudus – Gebyok Kudusan karya Mbah Rogo Moyo kini diteruskan oleh masyarakat Desa Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus. Nuansa khas Mbah Rogo Moyo terjaga turun temurun.
Menurut Feri Andriawan, Pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kaliwungu, gebyok tersebut memiliki motif tersendiri. Ukirannya sangat detail dan penuh makna.
Selain itu, motif ukirannya merupakan perpaduan dari budaya masyarakat. Mbah Rogo Moyo mengekspresikan kebudayaan itu dalam gebyok buatannya.
”Motif ukirannya perpaduan dari beberapa budaya. Mulai dari Budaya Jawa, Agama Islam, Agama Hindu dan Budha,” katanya pada Murianews.com, Rabu (12/6/2024).
Feri mengungkapkan terdapat beberapa elemen khas dalam setiap gebyok kudusan. Semisal motif buah nanas, keong, dan dadung (tali).
”Buah nanas salah satu ciri khas gebyoknya Mbah Rogo Moyo. Buah nanas dulunya itu bisa hidup dimana saja, maknanya kita menjadi manusia harus bisa bermanfaat di setiap tempat,” jelasnya.
Sedangkan motif keong bermakna kelestarian sumber daya alam saat itu. Keong menjadi sesuatu yang sangat lumrah dijumpai.
”Keong adalah hewan yang sangat mudah dijumpai di sawah. Jadi, ini menggambarkan kekayaan alam di zaman dahulu,” terangnya.
Sementara dadung melambangkan kalimat syahadat yang harus mengikat. Dadung tersebut berbeda-beda bentuknya.
”Motif dadung melambangkan dua kalimat syahadat yang harus senantiasa dipegangi, bentuknya beda-beda tergantung pengrajinnya,” terangnya.
Selain itu, dalam setiap pembuatan gebyok harus diselipi doa-doa. Jadi, tukang yang mengukir diupayakan membaca doa dan selawat ketika mengerjakan gebyok.
”Setiap pengerjaan gebyok, tukangnya dianjurkan melantunkan doa-doa atau selawat. Hal tersebut ditujukan agar gebyok ini memiliki ruh yang kuat,” jelasnya.
Feri mengutarakan gebyok ini harganya variatif. Tergantung dari kesulitan motif dan kualitas kayu.
”Harganya kisaran Rp 40 Juta, itu ukurannya 3 meter,” ujarnya.
Editor: Supriyadi
Murianews, Kudus – Gebyok Kudusan karya Mbah Rogo Moyo kini diteruskan oleh masyarakat Desa Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus. Nuansa khas Mbah Rogo Moyo terjaga turun temurun.
Menurut Feri Andriawan, Pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kaliwungu, gebyok tersebut memiliki motif tersendiri. Ukirannya sangat detail dan penuh makna.
Selain itu, motif ukirannya merupakan perpaduan dari budaya masyarakat. Mbah Rogo Moyo mengekspresikan kebudayaan itu dalam gebyok buatannya.
”Motif ukirannya perpaduan dari beberapa budaya. Mulai dari Budaya Jawa, Agama Islam, Agama Hindu dan Budha,” katanya pada Murianews.com, Rabu (12/6/2024).
Feri mengungkapkan terdapat beberapa elemen khas dalam setiap gebyok kudusan. Semisal motif buah nanas, keong, dan dadung (tali).
”Buah nanas salah satu ciri khas gebyoknya Mbah Rogo Moyo. Buah nanas dulunya itu bisa hidup dimana saja, maknanya kita menjadi manusia harus bisa bermanfaat di setiap tempat,” jelasnya.
Sedangkan motif keong bermakna kelestarian sumber daya alam saat itu. Keong menjadi sesuatu yang sangat lumrah dijumpai.
”Keong adalah hewan yang sangat mudah dijumpai di sawah. Jadi, ini menggambarkan kekayaan alam di zaman dahulu,” terangnya.
Sementara dadung melambangkan kalimat syahadat yang harus mengikat. Dadung tersebut berbeda-beda bentuknya.
”Motif dadung melambangkan dua kalimat syahadat yang harus senantiasa dipegangi, bentuknya beda-beda tergantung pengrajinnya,” terangnya.
Selain itu, dalam setiap pembuatan gebyok harus diselipi doa-doa. Jadi, tukang yang mengukir diupayakan membaca doa dan selawat ketika mengerjakan gebyok.
”Setiap pengerjaan gebyok, tukangnya dianjurkan melantunkan doa-doa atau selawat. Hal tersebut ditujukan agar gebyok ini memiliki ruh yang kuat,” jelasnya.
Feri mengutarakan gebyok ini harganya variatif. Tergantung dari kesulitan motif dan kualitas kayu.
”Harganya kisaran Rp 40 Juta, itu ukurannya 3 meter,” ujarnya.
Editor: Supriyadi