Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus Museum Purbakala Patiayam mengkaji tiga jenis fosil fauna yang berhasil ditemukan. Ketiga jenis fosil fauna tersebut adalah fauna laut, fauna rawa, dan fauna darat.

Reza Andrea Syahputra, Pamong Budaya Ahli Pertama Museum Sangiran menyebutkan fosil fauna dikaji pada kajian kali ini adalah gigi hiu dan kerang-kerangan. Fosil tersebut memberikan gambaran mengenai kondisi lingkungan situs Patiayam saat masih menjadi lautan.

”Kerang dengan spesies Fr. Shell (mold) Veneridae ditemukan Ngadiran di Desa Gondoharum, Kecamatan Jekulo. Fosil tersebut masih lengkap dan kuat sehingga memiliki nilai tinggi yang mencirikan kondisi Patiayam dulunya adalah lautan sekitar 2,4-1,8 juta tahun lalu,” jelasnya.

Lalu, terdapat fosil gigi hiu Carcharhinus yang berbentuk segitiga dengan salah satu sisinya berlekuk ke dalam. Berdasarkan informasi yang digali pengkaji, hiu tersebut merupakan hewan yang hidup di laut tropis dan subtropis.

Fosil gigi hiu tersebut ditemukan oleh Ari di Dusun Krangit Baru, Desa Terban, Kecamatan Jekulo. Saat ditemukan gigi tetsebut masih kuat dan utuh.

Reza menyampaikan, fosil fauna lingkungan rawa, sungai, dan danau turut dikaji. Salah satunya adalah fosil pecahan gigi buaya.

”Buaya ini adalah Crocodylus yang memiliki habitat hidup di air asin, rawa payau, dan muara sungai. Diperkirakan 0,5 juta tahun lalu Gunung Berapi Patiayam masih beraktivitas sehingga batuan vulkaniknya memnyebabkan pendangkalan lautan yang kemudian menjadi daratan tapi masih sempit,” ujarnya.

Sedangkan fauna darat yang diamati adalah rahang bawah sebelah kanan dari banteng purba. Banteng ini diperkirakan hidup di daerah padang rumput hutan terbuka.

Selain itu, kebanyakan fosil yang ditemukan adalah fosil fauna vertebrata. Fosil vertebrata berpengaruh dalam menentuka umur dan lingkungan pengendapan darat.

Hasil temuan tersebut perlu diperhatikan secara khusus. Perlu ada penyusunan prosedur operasonal standar untuk mengelola informasi dan data di Museum Patiayam.

”Penting dibentuk tim reaksi cepat untuk menanggapi laporan temuan. Selain itu, kajian terhadap koleksi harus dilanjutkan agar bisa digunakan untuk membuat storyline dan tata pamer,” tegasnya. 

Editor: Supriyadi

Komentar

Terpopuler