Kepala Bidang Tanaman Pangan Dispertan Kudus, Agus Setiawan mengatakan, total lahan pertanian yang terdampak banjir mencapai 920 hektare. Dari jumlah tersebut, sekitar 300 hektare dinyatakan puso.
”Lahan pertanian yang terdampak tersebar di Kecamatan Mejobo, Jekulo, Undaan, dan Kaliwungu. Sementara, yang mengalami puso berada di dua kecamatan, yakni Undaan dan Kaliwungu,” ujar Agus kepada Murianews.com, Selasa (11/2/2025).
Menurutnya, angka ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu, ketika banjir juga melanda wilayah Kabupaten Kudus dan menyebabkan sekitar 1.000 hektare lahan puso.
Penurunan ini, lanjutnya, merupakan hasil dari strategi yang diterapkan oleh Dispertan dan petani setempat, yaitu percepatan masa tanam.
”Karena ada percepatan tanam, kami bisa mengantisipasi puso. Jika tanam dilakukan lebih awal, maka panen juga bisa lebih cepat. Sehingga, ketika intensitas hujan tinggi, tanaman sudah dipanen dan tidak terdampak banjir,” jelasnya.
Ia menambahkan, apabila strategi ini tidak diterapkan, maka kejadian tahun sebelumnya bisa terulang, bahkan dengan dampak yang lebih besar.
Kudus, Murianews – Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kudus, Jawa Tengah, mengklaim berhasil menekan jumlah lahan pertanian yang mengalami puso akibat banjir yang melanda wilayah tersebut dalam beberapa waktu terakhir.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dispertan Kudus, Agus Setiawan mengatakan, total lahan pertanian yang terdampak banjir mencapai 920 hektare. Dari jumlah tersebut, sekitar 300 hektare dinyatakan puso.
”Lahan pertanian yang terdampak tersebar di Kecamatan Mejobo, Jekulo, Undaan, dan Kaliwungu. Sementara, yang mengalami puso berada di dua kecamatan, yakni Undaan dan Kaliwungu,” ujar Agus kepada Murianews.com, Selasa (11/2/2025).
Menurutnya, angka ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu, ketika banjir juga melanda wilayah Kabupaten Kudus dan menyebabkan sekitar 1.000 hektare lahan puso.
Penurunan ini, lanjutnya, merupakan hasil dari strategi yang diterapkan oleh Dispertan dan petani setempat, yaitu percepatan masa tanam.
”Karena ada percepatan tanam, kami bisa mengantisipasi puso. Jika tanam dilakukan lebih awal, maka panen juga bisa lebih cepat. Sehingga, ketika intensitas hujan tinggi, tanaman sudah dipanen dan tidak terdampak banjir,” jelasnya.
Ia menambahkan, apabila strategi ini tidak diterapkan, maka kejadian tahun sebelumnya bisa terulang, bahkan dengan dampak yang lebih besar.
Sistem pompanisasi...
Oleh karena itu, Dispertan Kudus mengoptimalkan pemanfaatan air melalui sistem pompanisasi sebagai bagian dari strategi pencegahan puso.
”Kami juga mengubah pola tanam, terutama di daerah Undaan utara yang lebih rawan banjir. Tanaman di area tersebut ditanam lebih awal agar risiko puso dapat ditekan,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, wilayah Undaan menjadi prioritas karena di sana terdapat aliran sungai besar seperti Jratun dan Juwana.
Ke depan, Agus berharap upaya ini dapat semakin dimaksimalkan, terutama dengan rencana normalisasi dan revitalisasi sungai di kawasan tersebut.
Editor: Cholis Anwar