Gagasan ini muncul sebagai upaya meningkatkan kenyamanan dan pelayanan terhadap masyarakat, terlebih di sana pasien yang datang dengan kondisi darurat.
”Pasien yang datang ke IGD itu kan kondisinya bermacam-macam. Harus ada pendamping agar bisa diarahkan dan diberi petunjuk,” ujar Samani saat meninjau langsung kondisi IGD RSUD Kudus, Kamis (29/5/2025).
Menurut Samani, pendamping pasien RSUD Kudus ini akan membantu mengarahkan pasien dan keluarganya, termasuk menjelaskan tahapan pemeriksaan awal seperti tensi darah dan observasi lainnya.
Pendamping pasien RSUD Kudus diharapkan bisa menjadi penghubung antara pasien dengan tenaga medis, terutama ketika proses dilakukan sebelum dokter mengambil tindakan lanjutan.
”Dengan adanya pendamping, pasien lebih nyaman. Mereka tahu harus ke mana, apa yang harus dilakukan, dan tidak kebingungan. Ini penting, apalagi di kondisi gawat darurat,” jelasnya.
Ia juga berkeinginan membuka kemungkinan agar inovasi pendamping pasien juga bisa diterapkan di puskesmas-puskesmas. Namun hal itu tentu harus dengan mempertimbangkan ketersediaan SDM dan kemampuannya masing instansi.
Murianews, Kudus – Bupati Kudus, Jawa Tengah, Samani Intakoris mewacanakan adanya pendamping pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Loekmono Hadi atau RSUD Kudus.
Gagasan ini muncul sebagai upaya meningkatkan kenyamanan dan pelayanan terhadap masyarakat, terlebih di sana pasien yang datang dengan kondisi darurat.
”Pasien yang datang ke IGD itu kan kondisinya bermacam-macam. Harus ada pendamping agar bisa diarahkan dan diberi petunjuk,” ujar Samani saat meninjau langsung kondisi IGD RSUD Kudus, Kamis (29/5/2025).
Menurut Samani, pendamping pasien RSUD Kudus ini akan membantu mengarahkan pasien dan keluarganya, termasuk menjelaskan tahapan pemeriksaan awal seperti tensi darah dan observasi lainnya.
Pendamping pasien RSUD Kudus diharapkan bisa menjadi penghubung antara pasien dengan tenaga medis, terutama ketika proses dilakukan sebelum dokter mengambil tindakan lanjutan.
”Dengan adanya pendamping, pasien lebih nyaman. Mereka tahu harus ke mana, apa yang harus dilakukan, dan tidak kebingungan. Ini penting, apalagi di kondisi gawat darurat,” jelasnya.
Ia juga berkeinginan membuka kemungkinan agar inovasi pendamping pasien juga bisa diterapkan di puskesmas-puskesmas. Namun hal itu tentu harus dengan mempertimbangkan ketersediaan SDM dan kemampuannya masing instansi.
Belum ideal...
Samani juga menyampaikan bahwa saat ini jumlah pegawai RSUD Kudus masih belum ideal. Saat ini hanya tersedia sekitar 900 pegawai, padahal idealnya ada sekitar 1.200.
Dalam kunjungannya, Samani juga mengecek ketersediaan tempat tidur pasien, khususnya bagi pasien Demam Berdarah (DB).
Ia memastikan bahwa tren kasus DB sudah menurun dan tempat tidur mulai banyak kosong. Selain itu, dirinya mengapresiasi tenaga kesehatan yang tetap siaga meskipun dalam suasana libur panjang.
”Saya pastikan dokter dan seluruh perawat RSUD Kudus ini tetap siap melayani masyarakat. Kita jaga kualitas layanan, kapan pun masyarakat membutuhkan,” pungkasnya.
Editor: Anggara Jiwandhana