Bupati Kudus Samani Intakoris mengungkapkan jika seluruh indikator KLA sejatinya sudah dipenuhi, baik dari sisi kelembagaan, perlindungan anak, hingga partisipasi masyarakat.
”Kudus siap jadi Kabupaten Ramah Anak tingkat Madya. Semua indikator bisa kita penuhi dengan baik,” tegasnya, Selasa (3/6/2025).
Ia menambahkan, secara kelembagaan naskah akademik untuk rancangan Perda Kabupaten Ramah Anak sedang disiapkan dan ditarget dapat disahkan tahun ini.
Bupati juga menyoroti pentingnya dukungan terhadap ibu dan anak, terutama dalam upaya menekan angka stunting.
”Kami dukung persalinan ibu-ibu, supaya anak tidak stunting. Di desa, bidan dan babinsa kami libatkan dalam pencegahan stunting dan pernikahan dini,” jelasnya.
Pemerintah juga mendorong wajib belajar 15 tahun, mulai dari PAUD hingga SMA. Untuk mendukung pendidikan berkualitas, kesejahteraan guru swasta juga menjadi perhatian.
”Kalau gurunya sejahtera, anak-anak akan dirawat dan dididik dengan baik,” lanjutnya.
Murianews, Kudus – Pemkab Kudus, Jawa Tengah, saat ini masih menjalani verifikasi lapangan hybrid untuk menjadi Kota Layak Anak (KLA) tingkat Madya.
Bupati Kudus Samani Intakoris mengungkapkan jika seluruh indikator KLA sejatinya sudah dipenuhi, baik dari sisi kelembagaan, perlindungan anak, hingga partisipasi masyarakat.
”Kudus siap jadi Kabupaten Ramah Anak tingkat Madya. Semua indikator bisa kita penuhi dengan baik,” tegasnya, Selasa (3/6/2025).
Ia menambahkan, secara kelembagaan naskah akademik untuk rancangan Perda Kabupaten Ramah Anak sedang disiapkan dan ditarget dapat disahkan tahun ini.
Bupati juga menyoroti pentingnya dukungan terhadap ibu dan anak, terutama dalam upaya menekan angka stunting.
”Kami dukung persalinan ibu-ibu, supaya anak tidak stunting. Di desa, bidan dan babinsa kami libatkan dalam pencegahan stunting dan pernikahan dini,” jelasnya.
Pemerintah juga mendorong wajib belajar 15 tahun, mulai dari PAUD hingga SMA. Untuk mendukung pendidikan berkualitas, kesejahteraan guru swasta juga menjadi perhatian.
”Kalau gurunya sejahtera, anak-anak akan dirawat dan dididik dengan baik,” lanjutnya.
Budaya lokal...
Dalam konteks budaya lokal, meskipun Kudus terkenal Kota Kretek, Bupati menyampaikan pentingnya kawasan tanpa rokok untuk menghargai hak orang lain.
Terkait perlindungan perempuan dan anak, Pemkab Kudus bekerja sama dengan JPPA dan Polri untuk mencegah kekerasan.
Anak-anak juga diberi ruang untuk berekspresi, seperti di Pendapa Kudus dan Alun-Alun Simpang Tujuh, tempat mereka bisa bermain dan menggambar.
Untuk keamanan digital, Kominfo dan Polri melakukan patroli media sosial agar anak-anak menggunakan internet dengan bijak.
”Kami ajak dinas seperti perpustakaan jadi ruang belajar dan bermain yang sehat. Ada juga museum dan KBPW dengan permainan anak-anak sebagai alternatif edukatif. Agar anak-anak tidak hanya bermain gadget terus,” katanya.
Pemkab Kudus juga mengupayakan adanya mitigasi bencana pada anak-anak, sehingga ketika bencana anak-anak bisa melakukan evakuasi mandiri.
Editor: Anggara Jiwandhana