Menurutnya, kerugian yang ditimbulkan tidak hanya dari sisi lahan produktif yang terendam, tetapi juga karena proses pemulihan atau recovery yang membutuhkan waktu panjang.
”Kerugian ekonominya sangat besar, terutama bagi petani. Itu belum termasuk kerusakan pemukiman yang pemulihannya lama,” ujar Masan.
Ia menilai, dalam kondisi keuangan daerah yang menurun akibat pemangkasan transfer ke daerah (TKD) 2026, pemerintah perlu lebih selektif dalam alokasi belanja.
Belanja yang tidak penting sebaiknya ditiadakan agar anggaran dapat difokuskan untuk kebutuhan yang lebih mendesak seperti penanganan bencana dan infrastruktur.
Menurut Masan, pola belanja yang tepat dapat melibatkan berbagai sumber dana, termasuk dana tidak terduga (TT) dan dana yang dimiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Ia melihat tren bencana di Kudus semakin meningkat, seiring dengan kondisi kerusakan alam. Karena itu, seluruh dinas teknis diminta berkolaborasi untuk melakukan langkah-langkah mitigasi yang konkret.
”Saya melihat bencana makin meningkat, mungkin itu akibat kerusakan alam. Maka semua dinas teknis harus bergerak bersama, tapi ini tidak bisa hanya diserahkan ke pemerintah. Masyarakat juga harus ikut menjaga lingkungannya,” tegasnya.
Murianews, Kudus — Ketua DPRD Kudus, Masan soroti besarnya dampak ekonomi akibat bencana banjir yang kerap melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah terutama di kawasan pertanian dan pemukiman warga.
Menurutnya, kerugian yang ditimbulkan tidak hanya dari sisi lahan produktif yang terendam, tetapi juga karena proses pemulihan atau recovery yang membutuhkan waktu panjang.
”Kerugian ekonominya sangat besar, terutama bagi petani. Itu belum termasuk kerusakan pemukiman yang pemulihannya lama,” ujar Masan.
Ia menilai, dalam kondisi keuangan daerah yang menurun akibat pemangkasan transfer ke daerah (TKD) 2026, pemerintah perlu lebih selektif dalam alokasi belanja.
Belanja yang tidak penting sebaiknya ditiadakan agar anggaran dapat difokuskan untuk kebutuhan yang lebih mendesak seperti penanganan bencana dan infrastruktur.
Menurut Masan, pola belanja yang tepat dapat melibatkan berbagai sumber dana, termasuk dana tidak terduga (TT) dan dana yang dimiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Ia melihat tren bencana di Kudus semakin meningkat, seiring dengan kondisi kerusakan alam. Karena itu, seluruh dinas teknis diminta berkolaborasi untuk melakukan langkah-langkah mitigasi yang konkret.
”Saya melihat bencana makin meningkat, mungkin itu akibat kerusakan alam. Maka semua dinas teknis harus bergerak bersama, tapi ini tidak bisa hanya diserahkan ke pemerintah. Masyarakat juga harus ikut menjaga lingkungannya,” tegasnya.
Kesadaran Masyarakat
Masan mengingatkan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, terutama tidak membuang sampah sembarangan.
Ia mencontohkan, banyak tanggul yang jebol karena tekanan sampah yang menumpuk di saluran air.
”Persoalan utama itu sampah. Sampah menekan tanggul, akhirnya jebol. Jadi kita harus gerakkan warga supaya sadar,” katanya.
Ia menambahkan, kolaborasi antara masyarakat, perusahaan, dan pemerintah menjadi kunci dalam penanganan bencana dan upaya menjaga lingkungan.
Di wilayah Undaan misalnya, sejumlah tanggul mulai diperkuat secara gotong royong oleh masyarakat desa.
”Kita harus tetap waspada dan berdoa agar Kudus aman. Tapi yang paling penting, mari kita rawat lingkungan kita bersama,” pungkasnya.
Editor: Zulkifli Fahmi