Jumat, 21 November 2025


MURIANEWS, Kudus – Rembang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Tengah. Lokasi Kabupaten Rembang berada di pantura paling timur yang berbatasan dengan Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur.

Selama ini, Kabupaten Rembang diketahui punya banyak destinasi wisata. Baik, wisata alam, religi, hingga situs dan benda bersejarah peninggalan masa lalu.

Selain itu, Rembang juga memiliki beberapa permainan tradisional khas di daerah penghasil garam itu. Salah satunya adalah permainan gulat pathol.

Baca juga: Ini Pilihan Kuliner Khas di Rembang yang Wajib Dicicipi saat Dolan ke Sana

Permainan ini ternyata punya sejarah panjang. Bagaimana ceritanya?

Melansir dari visitjawatengah.jatengprov.go.id, Selasa (4/10/2022), menilik sejarahnya, gulat ini dulunya digunakan sebagai salah satu cara menyeleksi prajurit. Hingga saat ini masih masih lestari sebagai kesenian.

Sekarang, penampilan gulat pathol sudah diiringi alat musik. Jika melihat rekaman-rekaman yang beredar di dunia maya, ada tabuhan gendang. Kemudian juga terdengar riuh sorak penonton.

Ada dua lelaki yang mengadu kekuatan fisik di arena. Mereka bertelanjang dada kemudian mengenakan celana pendek. Dipinggang mereka diikatkan dengan semacam sabuk kain putih.

Selain kendang, irama musik juga diiringi gamelan. Dua peserta itu pun saling mendorong mengadu kekuatan. Sesekali ada bantingan. Dalam permainan ini tidak ada pukulan atau tendangan. Sebab, inilah yang disebut permainan gulat pathol.

Tradisi ini masih lestari di area Rembang timur. Tepatnya di wilayah kecamatan Sarang dan sekitarnya. Dalam pemainan gulat itu, para peserta juga diawasi oleh wasit. Setiap ada satu pemain yang jatuh, maka permainan dihentikan sejenak. Masih diiringi tabuhan gamelan, juga terdengar tawa para penonton.

Biasanya, permainan ini diselenggarakan pada agenda tertentu sebagai sarana hiburan. Jika mendengar asal muasalnya, gulat pathol dilakukan sebagai seleksi masuk pasukan militer.
Danang Swastika dari Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah (Fokmas) Lasem menceritakan, gulat pathol erat kaitannya dengan tokoh yang bernama Pangeran Santi Yoga. Ia merupakan putra dari Empu Santi Badra dan Dewi Sukati. Pangeran Santi Yoga merupakan putra ke tujuh dari 10 bersaudara.Semasa muda, lanjut Danang bercerita, Pangeran Santi Yoga membantu kakaknya yang bernama Pangeran Santi Puspa dalam mengurusi kapal-kapal yang ada di Pelabuhan Kiringan. Pada masa itu, lokasi ini merupakan pelabuhan khusus untuk militer.Kala itu, Pangeran Santi Yoga bertugas merekrut pasukan militer. Salah satunya melalui metode gulat pathol. Siapa yang menang akan masuk dinas kemiliteran yang ada di Lasem masa itu.Kata Danang, Pangeran Santi Yoga menjadi tokoh gulat pathol mulai dari peskisir desa Punjulharjo, Kecamatan Rembang sampai wilayah Kecamatan Sarang. Sehingga dikenal sebagai Bapak Pathol Rembang.Mulai dari situ, lama kelamaan gulat pathol ini pun masih bertahan dan dilestarikan oleh masyarakat di Wilayah Rembang Timur. ”Saat ini gulat pathol atau pathol Sarang sudah berkembang menjadi sebuah kesenian,” katanya.Menurutnya ini bisa menjadi potensi budaya di Kota Garam. ”Lasem Rembang sudah mulai jarang. Saat ini, napak tilasnya Bapak Pathol Rembang itu bisa ditemui di wilayah Desa Punjulharjo, Kecamatan Rembang. Di tempat tersebut terdapat makam dengan batu nisan berukiran motif Surya Majapahit. Itulah peristirahatan Pangeran Santi Yoga. Diperkirakan makam ini sekitar tahun 1500-an," katanya.Fokmas bersama Paguyuban Ki Asem Gede berencana menata lokasi ini. Danang berharap, pelestarian situs sejarah yang ada di Lasem bisa terlaksana dengan baik. Dan mendapatkan kepedulian dan partisipasi dari berbagai pihak.  Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber: visitjawatengah.jatengprov.go.id

Baca Juga

Komentar

Terpopuler