Dinkes Garut Ungkap Penyebab Munculnya Penyakit Difteri yang Ditetapkan KLB
Murianews
Kamis, 23 Februari 2023 17:33:15
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani mengatakan, rendahnya capaian imunisasi DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) sejak anak dilahirkan.
”Memang cakupan imunisasi, terutama di RW (rukun warga) di tempat sebaran difteri rendah, hanya 30 persen. Kalau secara keseluruhan, cakupan imunisasi di Desa Sukahurip di bawah 70 persen,” jelasnya mengutip
Kompas.com, Kamis (23/2/2023).
Baca:
7 Warga Meninggal, Pemkab Garut Tetapkan KLB Penyakit DifteriMenurut Leli, imunisasi DPT, seharusnya diberikan sebanyak 4 kali hingga anak berusia 2 tahun. Kemudian diberikan kembali saat anak duduk di kelas 1 dan 6 SD.
”Cakupan imunisasi rendah terjadi terutama tiga tahun terakhir, penyebabnya antara lain karena pasokan vaksin menurun dan pandemi Covid-19,” jelasnya.
Karena itu, salah satu upaya yang akan dilakukan Pemkab Garut untuk mencegah difteri di Desa Sukahurip, dengan vaksinasi massal. Sasarannya anak usia 2 bulan hingga 15 tahun.
”Kami akan melakukan imunisasi mulai Senin, sasarannya anak usia 2 bulan sampai 15 tahun, rencana awal sasaran anak usia 2 bulan hingga 12 tahun, namun ada saran dari Kemenkes untuk menaikan sampai 15 tahun,” katanya.
Baca:
Dicurigai Terjangkit Difteri, 2 Bocah di Grobogan Dirawat di Ruang Isolasi RSUDLeli memastikan, anak-anak yang terserang Difteri, adalah mereka yang tidak menjalani imunisasi lengkap. Termasuk, satu anak yang meninggal. Bahkan ada yang sama sekali tidak mendapatkan imunisasi DPT.”Saat ini ada tujuh kasus (Difteri), dewasa ada tiga orang, sisanya di bawah 17 tahun, tapi rata-rata yang dewasa tidak bergejala,” katanya. Penulis: Cholis AnwarEditor: Cholis AnwarSumber: Kompas.com
Murianews, Garut – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut mengungkap penyebab munculnya penyakit menular difteri yang saat ini ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani mengatakan, rendahnya capaian imunisasi DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) sejak anak dilahirkan.
”Memang cakupan imunisasi, terutama di RW (rukun warga) di tempat sebaran difteri rendah, hanya 30 persen. Kalau secara keseluruhan, cakupan imunisasi di Desa Sukahurip di bawah 70 persen,” jelasnya mengutip
Kompas.com, Kamis (23/2/2023).
Baca:
7 Warga Meninggal, Pemkab Garut Tetapkan KLB Penyakit Difteri
Menurut Leli, imunisasi DPT, seharusnya diberikan sebanyak 4 kali hingga anak berusia 2 tahun. Kemudian diberikan kembali saat anak duduk di kelas 1 dan 6 SD.
”Cakupan imunisasi rendah terjadi terutama tiga tahun terakhir, penyebabnya antara lain karena pasokan vaksin menurun dan pandemi Covid-19,” jelasnya.
Karena itu, salah satu upaya yang akan dilakukan Pemkab Garut untuk mencegah difteri di Desa Sukahurip, dengan vaksinasi massal. Sasarannya anak usia 2 bulan hingga 15 tahun.
”Kami akan melakukan imunisasi mulai Senin, sasarannya anak usia 2 bulan sampai 15 tahun, rencana awal sasaran anak usia 2 bulan hingga 12 tahun, namun ada saran dari Kemenkes untuk menaikan sampai 15 tahun,” katanya.
Baca:
Dicurigai Terjangkit Difteri, 2 Bocah di Grobogan Dirawat di Ruang Isolasi RSUD
Leli memastikan, anak-anak yang terserang Difteri, adalah mereka yang tidak menjalani imunisasi lengkap. Termasuk, satu anak yang meninggal. Bahkan ada yang sama sekali tidak mendapatkan imunisasi DPT.
”Saat ini ada tujuh kasus (Difteri), dewasa ada tiga orang, sisanya di bawah 17 tahun, tapi rata-rata yang dewasa tidak bergejala,” katanya.
Penulis: Cholis Anwar
Editor: Cholis Anwar
Sumber: Kompas.com