Desa ini diperkirakan sudah ada sejak Kerajaan Majapahit abad ke-14. Pada zaman itu, daerah tersebut menjadi salah satu pemukiman yang berkembang di wilayah pesisir utara Jawa.
Tanahnya yang subur serta letaknya yang cukup strategis menjadikan Pedawang menjadi bagian penting dalam perekonomian Kudus.
Sejumlah tokoh saat itu, Mbah Redoso, Rujakbeling, Coklipo, Rawut, Cowedono, Bunuk, Singo Barong, dan Syeh Sayyid Abdullah yang dianggap sebagai pendiri Desa Pedawang ikut berjuang melawan penjajah.
Lantaran menjadi medan perang, kala ini salah satu pendiri desa melihat banyaknya pedang berterbangan di angkasa atau awang-awang. Sejak saat itulah, daerah tersebut dinamakan Pedawang yang berasal dari kata pedang dan awang-awang.
Setiap Hari Kemerdekaan 17 Agustus, Desa Pedawang selalu mementaskan tradisi seni barongan. Konon, Mbah Singo Barong tak ingin jika tradisi itu ditiadakan.
Murianews, Kudus – Pedawang, merupakan sebuah desa di Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Desa Pedawang menjadi bagian penting dalam pertempuran mengusir penjajah Belanda.
Desa ini diperkirakan sudah ada sejak Kerajaan Majapahit abad ke-14. Pada zaman itu, daerah tersebut menjadi salah satu pemukiman yang berkembang di wilayah pesisir utara Jawa.
Seiring waktu berjalan, Desa Pedawang menjadi pusat kegiatan pertanian dan perdagangan. Bahkan, kondisi itu terjadi pada masa colonial Belanda.
Tanahnya yang subur serta letaknya yang cukup strategis menjadikan Pedawang menjadi bagian penting dalam perekonomian Kudus.
Melansir dari wikiwand.com, di masa perjuangan kemerdekaan, Desa Pedawang menjadi salah satu medan perang dalam mengusir penjajah Belanda.
Sejumlah tokoh saat itu, Mbah Redoso, Rujakbeling, Coklipo, Rawut, Cowedono, Bunuk, Singo Barong, dan Syeh Sayyid Abdullah yang dianggap sebagai pendiri Desa Pedawang ikut berjuang melawan penjajah.
Lantaran menjadi medan perang, kala ini salah satu pendiri desa melihat banyaknya pedang berterbangan di angkasa atau awang-awang. Sejak saat itulah, daerah tersebut dinamakan Pedawang yang berasal dari kata pedang dan awang-awang.
Setiap Hari Kemerdekaan 17 Agustus, Desa Pedawang selalu mementaskan tradisi seni barongan. Konon, Mbah Singo Barong tak ingin jika tradisi itu ditiadakan.
Tradisi Kesenian Barongan...
Masyarakat Desa Pedawang pun percaya bila tradisi kesenian barongan tak dilaksanakan saat Hari Kemerdekaan, wilayah tersebut akan mengalami bencana.
Meski banyak perubahan yang terjadi, banyak warga Desa Pedawang yang masih menjaga dan melestarikan budaya serta tradisi leluhurnya.
Beberapa acara adat dan upacara tradisional masih digelar secara rutin. Kegiatan itu pun tak sekadar untuk menguri-uri budaya, namun juga menjadi sarana mempererat tali silaturahmi antarwarga serta mengenang perjuangan para leluhur.
Dengan sejarah yang kaya akan nilai-nilai perjuangan dan kebudayaan, Desa Pedawang terus berupaya untuk menjaga identitasnya, sambil mempersiapkan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Penulis: Zohanith Fatwa A'yun Nadhif (Mahasiswa Magang PBSI UMK)
Editor: Zulkifli Fahmi