Warga Bangowan Blora Kembali Galakkan Pertunjukkan Wayang Thengul
Nathan
Senin, 7 November 2022 17:01:31
Selain wayang thengul, Blora juga memiliki wayang kulit dan wayang krucil sebagai seni pertunjukan tradisional. Namun, wayang thengul mulai tak lagi dilirik sejak 2000an.
Wayang thengul memiliki kemiripan dengan wayang golek. Namun, ada perbedaan jelas dari cerita yang diangkat serta karakter tokoh yang ditampilkan.
Lantaran mulai tak dilirik di Blora, kesenian ini pun kini diakui daerah tetangga, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Wayang thengul menjadi warusan budaya tak benda di sana.
Pengakuan penetapan dilakukan Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.
Baca: Mulai Terlupakan, Wayang Thengul Dijadikan Wisata Budaya di BloraMeski sudah diakui daerah lain, warga Desa Bangowan, Kecamatan Jiken, Kabubpaten Blora kembali merintis seni pertunjukan itu. Mereka memadupadankan dengan paket wisata di desa tersebut.
Hanif Masadini, penerus pemilik wayang thengul generasi ke 3 di Bangowan itu mencoba mengolaborasikan wisata alam yang telah ada dengan wayang thengul. Itu menjadi salah satu ikhtiarnya menjaga kelestarian budaya bangsa Indonesia agar tidak tergerus oleh zaman.
’’Wayang thengul jarang diminati khususnya generasi muda. Agar tetap terjaga, kami coba kolaborasikan dengan wisata alam yang sudah ada saat ini,’’ kata Hanif yang juga salah satu penggiat wisata Desa Bangowan, Senin (7/11/2022).
Di Hari Wayah Sedunia ini, lanjut Hanif, ia ingin menumbuhkan gairah generasi muda untuk terus mengenal budaya asli Indonesia.Ia menilai, banyak generasi muda beranggapan pertunjungan wayang susah dimengerti. Sebab, pertunjukan wayang selalu menggunakan bahasa daerah, sementara generasi muda saat ini, lebih mengerti Bahasa Indonesia, asing, maupun campuran.Selain itu, durasi pertunjukan seni wayang juga dirasakan terlalu lama. ’’Jadi memang kami harus pandai membuat tampilan agar wayang thegul tetap bisa eksis dan mulai diminati kembali,’’ jelasnya.
Baca: Baznas Blora Diminta Optimalkan Potensi Zakat hingga Rp 1 Miliar per BulanHanif menjelaskan menurunnya minat generasi muda terhadap wayang juga disebabkan cerita yang cenderung berat, penuh renungan, dan bobot filosofis tinggi. Bahkan, katanya, muncul anggapan lakon dan pesan wayang dianggap hanya untuk orang tua yang membutuhkan pencerahan.’’Saat ini dalang wayang thengul di Blora tinggal tersisa sekitar tiga orang. Ini tentu menjadikan kita sebagai penerus harus bisa berinovasi terus, agar kesenian ini bisa selalu kenal generasi muda. Meski diakui di kabupaten tetangga (Bojonegoro, red), sebagai generasi muda tentu kita patut ikut melestarikannya, dengan harapan wayang selalu dikenal oleh masyarakat luas,’’ harapnya. Kontributor BloraEditor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Blora – Wayang thengul merupakan primadona hiburan rakyat tempo dulu. Belakangan ini, mulai terpinggirkan dan hanya dinikmati para penggemarnya yang mulai menyusut.
Selain wayang thengul, Blora juga memiliki wayang kulit dan wayang krucil sebagai seni pertunjukan tradisional. Namun, wayang thengul mulai tak lagi dilirik sejak 2000an.
Wayang thengul memiliki kemiripan dengan wayang golek. Namun, ada perbedaan jelas dari cerita yang diangkat serta karakter tokoh yang ditampilkan.
Lantaran mulai tak dilirik di Blora, kesenian ini pun kini diakui daerah tetangga, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Wayang thengul menjadi warusan budaya tak benda di sana.
Pengakuan penetapan dilakukan Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.
Baca: Mulai Terlupakan, Wayang Thengul Dijadikan Wisata Budaya di Blora
Meski sudah diakui daerah lain, warga Desa Bangowan, Kecamatan Jiken, Kabubpaten Blora kembali merintis seni pertunjukan itu. Mereka memadupadankan dengan paket wisata di desa tersebut.
Hanif Masadini, penerus pemilik wayang thengul generasi ke 3 di Bangowan itu mencoba mengolaborasikan wisata alam yang telah ada dengan wayang thengul. Itu menjadi salah satu ikhtiarnya menjaga kelestarian budaya bangsa Indonesia agar tidak tergerus oleh zaman.
’’Wayang thengul jarang diminati khususnya generasi muda. Agar tetap terjaga, kami coba kolaborasikan dengan wisata alam yang sudah ada saat ini,’’ kata Hanif yang juga salah satu penggiat wisata Desa Bangowan, Senin (7/11/2022).
Di Hari Wayah Sedunia ini, lanjut Hanif, ia ingin menumbuhkan gairah generasi muda untuk terus mengenal budaya asli Indonesia.
Ia menilai, banyak generasi muda beranggapan pertunjungan wayang susah dimengerti. Sebab, pertunjukan wayang selalu menggunakan bahasa daerah, sementara generasi muda saat ini, lebih mengerti Bahasa Indonesia, asing, maupun campuran.
Selain itu, durasi pertunjukan seni wayang juga dirasakan terlalu lama. ’’Jadi memang kami harus pandai membuat tampilan agar wayang thegul tetap bisa eksis dan mulai diminati kembali,’’ jelasnya.
Baca: Baznas Blora Diminta Optimalkan Potensi Zakat hingga Rp 1 Miliar per Bulan
Hanif menjelaskan menurunnya minat generasi muda terhadap wayang juga disebabkan cerita yang cenderung berat, penuh renungan, dan bobot filosofis tinggi. Bahkan, katanya, muncul anggapan lakon dan pesan wayang dianggap hanya untuk orang tua yang membutuhkan pencerahan.
’’Saat ini dalang wayang thengul di Blora tinggal tersisa sekitar tiga orang. Ini tentu menjadikan kita sebagai penerus harus bisa berinovasi terus, agar kesenian ini bisa selalu kenal generasi muda. Meski diakui di kabupaten tetangga (Bojonegoro, red), sebagai generasi muda tentu kita patut ikut melestarikannya, dengan harapan wayang selalu dikenal oleh masyarakat luas,’’ harapnya.
Kontributor Blora
Editor: Zulkifli Fahmi