Rata-Rata Lama Sekolah di Blora Bertambah, Jumlah ATS Masih Jadi PR
Nathan
Rabu, 3 Mei 2023 12:23:54
’’Angka Harapan Lama Sekolah tahun 2022 naik 0,09 tahun, menjadi selama 12,44 tahun, ini setara lulus SMA atau semester satu kuliah,’’ jelas Bupati Blora Arief Rohman, Rabu (3/5/2023).
Dalam kegiatan Pembinaan ASN dan Halalbihalal Bidang Pendidikan Kecamatan Tunjungan dan Jepon, Bupati juga menyebut indeks pembangunan manusia (IPM) pada 2022 di Blora juga naik 0,58 persen menjadi 69,95 persen.
Baca: Wow! Dua Siswa di Blora Ini Langsung Diterima di 10 Kampus Luar NegeriMeski demikian, Arief juga mengingatkan terkait Anak Tidak Sekolah (ATS). Menurutnya, angka ATS masih menjadi pekerjaan yang tak mudah. Namun, Arief tak menyebut detail jumlah ATS di Blora.
’’Kita masih mempunyai Anak Tidak Sekolah (ATS), ini adalah PR kita untuk menanganinya,’’ tuturnya.
Menurutnya, tingginya ATS berdampak pada terjadinya pernikahan dini. Dampak tersebut memiliki efek domino, salah satunya kemungkinan terjadinya stunting.
Ia pun meminta agar guru-guru dan pihak terkait lainnya turut menangani dan mencegah peningkatan ATS di Blora.
’’Saya juga minta peran bapak ibu guru dan keluarga besar korwil bidik untuk hal tersebut, Untuk Sesarengan Mbangun Blora, untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat,’’ tandasnya.
Baca: \Bupati Blora Pelototi Kinerja MPP Usai Libur LebaranDi sisi lain, Arief juga berharap kurikulum merdeka yang sudah diterapkan dalat memasukkan materi-materi pengelolaan sampah dan membangun sekolah berwawasan lingkungan dalam proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5).’’Setiap Sekolah harus menjadi Sekolah Adiwiyata, yaitu membangun sekolah yang berwawasan lingkungan, menciptakan suasana sekolah yang bersih, sehat, dan nyaman untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Ketika lingkungan sehat maka siswa pun sehat sehingga prestasi sekolah bisa meningkat,’’ tuturnya.Selanjutnya, pendidikan karakter dan agama ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, karena masing-masing saling membutuhkan dan bernilai lebih, menyeimbangkan dan saling melengkapi.’’Kurangnya pendidikan karakter, pendampingan, teladan dan pendidikan agama adalah faktor penyebab menurunnya moral para pelajar atau generasi muda pada umumnya,’’ imbuhnya. Editor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Blora – Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Blora terus bertambah. Jumlahnya bertambah 0,11 per tahun atau menjadi 7,01 per tahun pada 2022.
’’Angka Harapan Lama Sekolah tahun 2022 naik 0,09 tahun, menjadi selama 12,44 tahun, ini setara lulus SMA atau semester satu kuliah,’’ jelas Bupati Blora Arief Rohman, Rabu (3/5/2023).
Dalam kegiatan Pembinaan ASN dan Halalbihalal Bidang Pendidikan Kecamatan Tunjungan dan Jepon, Bupati juga menyebut indeks pembangunan manusia (IPM) pada 2022 di Blora juga naik 0,58 persen menjadi 69,95 persen.
Baca: Wow! Dua Siswa di Blora Ini Langsung Diterima di 10 Kampus Luar Negeri
Meski demikian, Arief juga mengingatkan terkait Anak Tidak Sekolah (ATS). Menurutnya, angka ATS masih menjadi pekerjaan yang tak mudah. Namun, Arief tak menyebut detail jumlah ATS di Blora.
’’Kita masih mempunyai Anak Tidak Sekolah (ATS), ini adalah PR kita untuk menanganinya,’’ tuturnya.
Menurutnya, tingginya ATS berdampak pada terjadinya pernikahan dini. Dampak tersebut memiliki efek domino, salah satunya kemungkinan terjadinya stunting.
Ia pun meminta agar guru-guru dan pihak terkait lainnya turut menangani dan mencegah peningkatan ATS di Blora.
’’Saya juga minta peran bapak ibu guru dan keluarga besar korwil bidik untuk hal tersebut, Untuk Sesarengan Mbangun Blora, untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat,’’ tandasnya.
Baca: \Bupati Blora Pelototi Kinerja MPP Usai Libur Lebaran
Di sisi lain, Arief juga berharap kurikulum merdeka yang sudah diterapkan dalat memasukkan materi-materi pengelolaan sampah dan membangun sekolah berwawasan lingkungan dalam proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5).
’’Setiap Sekolah harus menjadi Sekolah Adiwiyata, yaitu membangun sekolah yang berwawasan lingkungan, menciptakan suasana sekolah yang bersih, sehat, dan nyaman untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Ketika lingkungan sehat maka siswa pun sehat sehingga prestasi sekolah bisa meningkat,’’ tuturnya.
Selanjutnya, pendidikan karakter dan agama ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, karena masing-masing saling membutuhkan dan bernilai lebih, menyeimbangkan dan saling melengkapi.
’’Kurangnya pendidikan karakter, pendampingan, teladan dan pendidikan agama adalah faktor penyebab menurunnya moral para pelajar atau generasi muda pada umumnya,’’ imbuhnya.
Editor: Zulkifli Fahmi