Kamis, 20 November 2025

Murianews, Blora – Musim kemarau tahun ini membuat sejumlah daerah kesulitan air bersih. Tak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, kemarau panjang ini juga berdampak kepada perajin batu bata.

Di Desa Tempurejo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah para perajin batu bata ini mengku tidak bisa produksi secara maksimal karena sulitnya mendapatkan air untuk mengolah tanah liat.

”Pada musim kemarau ini kalau untuk mengeringkan cepat, tapi kita terkendala sulitnya air, jadi produksinya gak bisa maksimal,” ungkap Juremi saat ditemui di lokasi pembuatan batu bata di desa Tempurejo, Senin (11/9/2023).

Juremi menjelaskan, akibat sulitnya mendapatkan air yang akan digunakan untuk mengolah tanahnya, mengakibatkan dirinya harus mengurangi hasil produksinya.

”Karena ini ambil airnya agak sulit dan jauh, jadi produksi saya kurangi,” jelasnya.

Dirinya juga mengaku, bila dibandingkan dengan musim penghujan dirinya bisa memproduksi bata merah secara maksimal karena kondisi air yang gampang dan pengolahan tanah yang mudah karena terkena air hujan.

”kalalau musim hujan produksi malah bisa maksimal, karena pengolahan tanahnya mudah terkena air hujan,” jalasnya.

Tak hanya sulitnya mendapatkan air, dirinya mengatakan di musim kemarau ini harga batu batu juga mengalami penurunan. Harga yang semula bisa Rp 400 per biji, kini turun menjadi Rp 350.

”Pemasarannya kalau musim hujan pengeringannya itu agak lama jadi harga naik dikit,” katanya.

Akibat sulitnya mendapatkan air dan turunnya produksi serta harga batu bata membuat omzet penjualannya menurun hingga satu persen.

Editor: Dani Agus

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler