Kamis, 20 November 2025


Namun, tiang penyangga jembatan masih kokoh berdiri. Sebab, tiang penyangga itu disebut-sebut peninggalan Belanda.

Yabiyanto, warga Dusun Krai menerangkan, jembatan tersebut dibangun sekira tahun 1920-an. Sepanjang ingatan pria 37 tahun itu, jembatan di atas Sungai Glugu itu telah direnovasi secara swadaya warga dengan bahan lantai kayu.

Baca: Jembatan Kayu Membahayakan Ini Jadi Akses Vital Warga Grobogan

’’Sekitar tahun 1920-an, era (kependudukan) Belanda. Lantai jembatannya sudah berkali-kali dibangun secara swadaya warga. Kayu yang sekarang itu kayu jati dari kuburan, mungkin sekitar 13 atau 15 tahunan terakhir dibangun swadaya warga,’’ paparnya, Kamis (6/4/2023).

Sementara itu, Kades Bandungharjo Suwadi mengatakan, pihaknya sudah berulang kali mengusulkan pembangunan dua jembatan tersebut. Menurutnya, pembangunan dua jembatan itu tidak mungkin dibiayai dari anggaran desa.

[caption id="attachment_371276" align="alignleft" width="1280"] Kondisi jembatan berbahan kayu yang memprihatinkan di Dusun Krai, Desa Bandungharjo, Toroh, Grobogan, Jawa Tengah. (Murianews/Saiful Anwar)[/caption]’’Itu miliknya DPUPR. Setiap tahun sudah saya usulkan. Sudah di-RAB (rencana anggaran belanja) DPUPUR, kira-kira habisnya Rp 4 miliar. Kalau anggaran desa tidak berani, karena bukan ranah desa,’’ kata dia.Sebelumnya diberitakan, dua jembatan kayu di Dusun Krai, Desa Bandungharjo sering bikin jatuh warga ke sungai. Jembatan dengan lebar 1,5 meter itu kondisinya memprihatinkan, lebih-lebih saat musim hujan.Dua jembatan itu menjadi akses vital bagi warga. Mulai anak sekolah, para pekerja, hingga warga yang ingin pergi ke pasar setiap hari melewati jembatan kayu itu. Editor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler