Rabu, 19 November 2025


Puasa yang dalam khazanah Islam merupakan salah satu dari lima rukun Islam mempunyai keistimewaan dibanding empat rukun Islam lainnya. Empat rukun Islam yang lain mempunyai balasan dan kontra prestasi yang jelas dan terukur, sedangkan puasa pahalanya uncountable (tak terhitung).

Syahadat sebagai bagian dari rukun Islam, implikasinya jelas. Setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat, maka ia otomatis menjadi pemeluk agama Islam dan kemudian berlaku baginya segala ketentuan syariat Islam.

Salat juga mempunyai balasan yang jelas, terukur dan kuantitatif. Bahkan dalam salah satu hadits, Rasulullah menyebut dengan tegas angka dua puluh tujuh derajat bagi orang yang melakukan salat dengan cara berjamaah.

Kemudian, zakat sebagai bagian dari rukun Islam yang berkaitan dengan harta, tentu saja ukuran balasannya terukur sesuai kadar dan ukuran zakat yang dikeluarkan.

Karena zakat itu esensinya dalam melakukan ’’pencucian’’ harta dan diharapkan dengan zakat tersebut harta si muzakki bisa bersih dan bertambah banyak dan barakah. Dalam salah satu ayat disebut, barang siapa menginfaqkan (menyedekahkan atau membayar zakat) maka seolah-olah ia menumbuhkan tujuh tangkai harta yang setiap tangkainya ada seratus tangkai lagi dan berlipat lipat terus sampai tak terhingga.



Demikian pula dengan hajinya, balasannya pun jelas dan tegas. Rasulullah SAW bersabda, ’’haji mabrur tiada balasan baginya kecuali surga’’.

Intinya, semua ibadah yang masuk kategori rukun Islam, kecuali puasa mempunyai balasan yang akuntabilitasnya jelas dan tegas.Berbeda dengan ibadah puasa, pahala puasa itu uncountable (tidak terukur, tak bisa dihitung, dan tidak jelas apa balasannya). Allah SWT dalam salah satu hadits qudsi hanya menyebut, ’’Puasa itu untuk-Ku (Allah), dan Aku (Allah) sendiri yang akan membalasnya’’.Justru ketidakjelasan ini yang menjadi keistimewaan pahala ibadah puasa. Karena ketika Allah menyebut, ’’untuk-Ku dan hanya Aku yang kan membalasnya’’, maka ini berarti semata-mata menjadi hak prerogatif Allah yang bisa jadi ukurannya jauh di atas ekspektasi manusia.Bisa jadi ini disebabkan oleh keistimewaan ibadah puasa yang potensi terjadinya riya’ dan sum’ah sangat kecil. Ketika empat rukun Islam yang lain berpotensi disusupi riya dan sum’ah pada diri pelakunya, maka ibadah puasa jauh dari potensi tersebut. Syahadat, salat, zakat, atau apalagi ibadah haji bisa dilakukan dengan dengan entertain, show of force dan bisa dipublish dan diviralkan untuk diketahui banyak orang. Akan tetapi puasa tidak bisa dipoles dengan cara seperti itu dipublikasikan.Belum lagi latihan kejujuran yang juga bisa diambil pelajaran dan hikmah dari orang yang melakukan puasa.Ini adalah sebagian kecil dari keunikan Ramadan di Indonesia dan keistimewaan ibadah puasa. Bejibun hikmah dan keunikan yang bisa diambil ibrah (pelajaran) dari ibadah puasa. Apa pun itu, yang pasti umat Islam Indonesia bersuka cita dengan kembali hadirnya bulan Ramadan yang penuh berkah. Semoga kita bisa menyelesaikannya dengan sempurna sampai penuh satu bulan dan Allah akan mempertemukan kita kembali dengan Ramadan tahun depan. Editor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler