Kamis, 20 November 2025


Syaikh Mustafa al-Ghulayani dalam sebuah maqolahnya menyebutkan,

 شُبَّانُ الْيَوْمِ رِجَالُ الْغَدِ أِنَّ فِي يَدِكُمْ أَمْرُ الْأُمَّةِ وَفِي اَقْدَامِكُمٍ حَيَاتُهَا


yang kurang lebih memiliki makna pemuda di masa kini adalah pemimpin di masa yang akan datang, dan urusan suatu bangsa berada di tangan pemuda, begitu juga kehidupan suatu bangsa ada di langkah para pemuda.

Apa yang disampaikan oleh Pujangga Mesir tersebut menunjukkan bahwa kelangsungan hidup suatu bangsa berada di tangan para pemuda.

Menurut Menpan RB, pada tahun 2045 mendatang Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Di mana pada masa tersebut, penduduk usia produktif akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas), yaitu dengan proporsi lebih dari 70% dari total jumlah penduduk Indonesia.

Pada satu sisi, kondisi demikian akan memberikan dampak yang positif, karena dengan jumlah penduduk usia produktif yang lebih tinggi.



Bonus demografi akan menyediakan angkatan kerja yang sangat tinggi dan diharapkan kondisi ini akan berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Namun, menurut Tito Karnavian, kondisi demografi ini jika tidak dikelola dengan baik, maka justru akan membawa dampak yang negatif. Misalnya, jika SDM tak memiliki daya saing dan lapangan kerja terbatas, justru akhirnya menjadi permasalahan kriminal, gangguan keamanan, dan juga konflik sosial.

Agar fenomena bonus demografi dapat membawa dampak positif seperti yang diharapkan yaitu dapat memajukan Indonesia, perlu dipersiapkan secara matang salah satunya melalui sektor pendidikan.

Melalui sektor pendidikan, akan dihasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan terampil sehingga dapat menciptakan generasi muda yang produktif dan memiliki keterampilan.

Untuk mendapatkan generasi yang terampil tersebut tentunya dibuat pendidikan dan pelatihan secara kontinyu oleh lembaga-lembaga atau institusi-institusi pendidikan.Lembaga-lembaga pendidikan dan perguruan tinggi memang perlu menyiapkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing di dunia industri. Namun, ada satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah pendidikan karakter yang menekankan pada penanaman nilai-nilai agama Islam.Di antara nilai-nilai yang diajarkan dalam pendidikan Islam, setidaknya terdapat lima karakter sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW, yaitu pertama shiddiq yang artinya jujur. Saat ini kejujuran merupakan sesuatu yang dianggap mahal harganya.Ada banyak kasus-kasus yang diungkapkan oleh pihak kepolisian terkait pencurian, penggelapan dana, dan juga oleh KPK terkait korupsi dan gratifikasi yang melibatkan para pejabat publik.Bisa jadi, seseorang yang terkait pada kasus-kasus seperti itu karena memang sudah menjadi wataknya. Tapi bisa jadi seseorang yang tadinya memegang kejujuran, karena kondisi yang mendesak membuatnya menjadi orang yang tidak jujur lagi.Yang kedua adalah amanah, yang berarti dapat dipercaya yang merupakan kebalikan dari sifat khianat. Kemudian yang ketiga adalah tabligh, yang artinya menyampaikan dalam artian menyampaikan secara objektif atau apa adanya.Sifat selanjutnya adalah fathonah, yang artinya cerdas. Di mana pada masa saat ini yang sangat kompetitif tentu para generasi muda dituntut untuk berpikir cerdas dan senantiasa belajar untuk pengembangan diri.Sifat lainnya yang perlu diteladani dari Rasulullah SAW adalah tawaduk yang artinya rendah hati. Rasulullah SAW meskipun mempunyai sifat yang cerdas namun tetap rendah hati dan tidak merendahkan orang lain.Dengan menanamkan nilai-nilai agama Islam, diharapkan generasi muda yang disiapkan mengambil peluang di era bonus demografi tak hanya cerdas dan produktif. Namun, juga memiliki karakter yang kuat. Editor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler