mengembalikan manusia kepada ke fitrah kemanusiaannya. Dengan berpuasa, manusia menarik diri dari kekuasaan yang dimilikinya.
Mereka membatasi diri dari kekuasaannya. Membatasi diri dari ikatannya terhadap dunia seperti makan, minum dan hawa nafsu.
Sedangkan zakat atau sedekah sangat dianjurkan dilakukan saat Ramadan. Pada bulan ini, Rasulullah Muhammad SAW bersedekah seperti hartanya tertiup angin kencang dari tangannya. Artinya di bulan ini, Beliau sangat intensif bersedekah dibandingkan bulan yang lain.
Hal itu menandakan, manusia menemukan kemanusiaannya. Salah satu arti sedekah itu adalah siddiq yang bermakna membenarkan. Artinya menyatakan atau memproklamirkan kemanusiaannya, bahwa dia tidak sendirian, dia harus menyebarkan.
Menjadi manusia yang utama. Keutamaan manusia itu ketika ia menerima manusia lain dan menyebarkan hartanya atau apa pun yang ia miliki terhadap sesama. Karena konsep itu maka hal ini dinilai tinggi oleh Islam yang manusia awam menyebutnya sebagai ganjaran atau pahala yang tinggi.
Dengan berpuasa, manusia membenarkan dirinya sebagai manusia. Kemudian, ia menyebarkan sesuatu yang ia miliki ke lingkungannya. Manusia tidak menjadi egoistik tapi aktualistik. Mengingat salah satu tugas manusia yakni menyebarkan rahmat kepada orang lain.Setelah berpuasa, umat Islam diwajibkan berzakat fitrah. Zakat ini untuk memastikan bahwa di hari raya tidak ada yang orang yang kelaparan dan tidak bahagia. Konsep dulunya memang makan. Tapi ulama bisa berijtihad bahan makanan bisa diganti dengan yang lain.Meskipun belum ada ijtihad tentang ini. Namun, karena kebanyakan sekarang banyak orang sudah mampu beli, seharusnya ada alternatif lain yang dipikirkan oleh ulama. Intinya memberikan kemampuan orang untuk berbahagia di hari raya. Ini menjadi alasan dasarnya atau ilat dalam fiqh.Puasa Ramadan akan menjadi hitungan tiap tahun bagaimana kita berkembang dari tahun ke tahun. Kalau kualitas ibadah kita masih sama dengan sebelumnya artinya ada kemunduran antara tahun ini dan tahun kemarin.Apalagi kalau kualitasnya berkurang, empati berkurang, kemanusiaan berkurang. Maka itu termasuk orang-orang yang merugi. Editor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_374361" align="alignleft" width="150"]

Habib Anis Sholeh Ba'asyin[/caption]
Puasa mengembalikan manusia kepada ke fitrah kemanusiaannya. Dengan berpuasa, manusia menarik diri dari kekuasaan yang dimilikinya.
Mereka membatasi diri dari kekuasaannya. Membatasi diri dari ikatannya terhadap dunia seperti makan, minum dan hawa nafsu.
Sedangkan zakat atau sedekah sangat dianjurkan dilakukan saat Ramadan. Pada bulan ini, Rasulullah Muhammad SAW bersedekah seperti hartanya tertiup angin kencang dari tangannya. Artinya di bulan ini, Beliau sangat intensif bersedekah dibandingkan bulan yang lain.
Hal itu menandakan, manusia menemukan kemanusiaannya. Salah satu arti sedekah itu adalah siddiq yang bermakna membenarkan. Artinya menyatakan atau memproklamirkan kemanusiaannya, bahwa dia tidak sendirian, dia harus menyebarkan.
Menjadi manusia yang utama. Keutamaan manusia itu ketika ia menerima manusia lain dan menyebarkan hartanya atau apa pun yang ia miliki terhadap sesama. Karena konsep itu maka hal ini dinilai tinggi oleh Islam yang manusia awam menyebutnya sebagai ganjaran atau pahala yang tinggi.

Dengan berpuasa, manusia membenarkan dirinya sebagai manusia. Kemudian, ia menyebarkan sesuatu yang ia miliki ke lingkungannya. Manusia tidak menjadi egoistik tapi aktualistik. Mengingat salah satu tugas manusia yakni menyebarkan rahmat kepada orang lain.
Setelah berpuasa, umat Islam diwajibkan berzakat fitrah. Zakat ini untuk memastikan bahwa di hari raya tidak ada yang orang yang kelaparan dan tidak bahagia. Konsep dulunya memang makan. Tapi ulama bisa berijtihad bahan makanan bisa diganti dengan yang lain.
Meskipun belum ada ijtihad tentang ini. Namun, karena kebanyakan sekarang banyak orang sudah mampu beli, seharusnya ada alternatif lain yang dipikirkan oleh ulama. Intinya memberikan kemampuan orang untuk berbahagia di hari raya. Ini menjadi alasan dasarnya atau ilat dalam fiqh.
Puasa Ramadan akan menjadi hitungan tiap tahun bagaimana kita berkembang dari tahun ke tahun. Kalau kualitas ibadah kita masih sama dengan sebelumnya artinya ada kemunduran antara tahun ini dan tahun kemarin.
Apalagi kalau kualitasnya berkurang, empati berkurang, kemanusiaan berkurang. Maka itu termasuk orang-orang yang merugi.
Editor: Zulkifli Fahmi