Ini Tujuh Tradisi Lebaran di Pati yang Perlu Diketahui
Umar Hanafi
Senin, 24 April 2023 09:00:04
Setiap tahun, masyarakat Pati memiliki beberapa tradisi unik yang terkait dengan perayaan Lebaran. Tradisi itu dimulai dari menyambut dan hingga merayakan Hari Raya Idulfitri.
Tradisi ini sudah ada sejak puluhan hingga ratusan tahun yang lalu dan masih dijalan hingga saat ini. Berikut daftar tradisi lebaran di Kabupaten Pati.
1. Ziarah KuburUmumnya tradisi ini dilakukan kebanyakan masyarakat Kabupaten Pati sehari menjelang Hari Raya Idulfitri atau saat pagi hari usai salat Idulfitri. Mereka mendatangi makam leluhur dan sanak saudara dan memanjatkan doa kepada Allah SWT.
Biasanya doa yang dipanjatkan berisi permohonan ampun kepada Allah untuk dirinya dan saudara yang diziarahi. Mereka juga memohon agar ahli kubur diberikan tempat yang terbaik di alam kubur.
2. Kondangan atau SelametanTradisi ini tersebar di berbagai desa di Kabupaten Pati. Setiap desa melaksanakan slametan di waktu yang berbeda-beda. Ada yang dilakukan usai salat subuh berjamaah. Ada pula dilakukan usai salat Idulfitri.
Di waktu itu, warga berbondong-bondong mendatangi masjid atau musala dengan membawa nasi lengkap dengan berbagai lauk pauk. Nasi itu disebut nasi berkat. Usai salat, mereka kumpul dan membuat lingkaran.
Baca: Jangan Bingung, Ini Warung Makanan Khas Pati yang Buka Saat Libur LebaranPuluhan hingga ratusan nasi berkat dan jajanan lainnya diletakkan di tengah-tengah. Setelah itu, mereka berdoa bersama, bersyukur lantaran sudah diberikan kesempatan hidup, merasakan bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri.
Masyarakat juga memohon keselamatan kepada Allah baik keselamatan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Usai berdoa bersama, nasi berkat dan jajanan yang telah dikumpulkan kemudian dibagikan kepada warga yang datang.
3. Selametan RiyoyoMasyarakat Desa Jrahi, Kecamatan Gunungwungkal, dulu melaksanakan tradisi ini mulai malam hari raya hingga usai salat Idulfitri. Setiap rumah membuat nasi berkat dan mengundang beberapa tetangga untuk selametan.
Lantaran hampir semua rumah menggadakan tradisi ini, warga harus mengantre untuk bisa menggelar selametan. Bahkan beberapa warga mengaku pernah menghadari selametan Ariyoyo dari sore hari hingga subuh.
Usai salat idulfitri pun masih ada warga yang menggelar. Seorang warga mengaku pernah mendapatkan 29 nasi berkat dalam semalam. Lantaran banyaknya undangan yang dihadiri. Nasi berkat yang terkumpul sering kali tidak termakan.
Sejak beberapa tahun terakhir, tradisi ini mulai dimodifikasi. Saat ini, warga Desa Jrahi menggelar Selametan Riyoyo mulai bulan Ramadan datang hingga Idulfitri. Suguhan yang dihidangkan pun tidak
saklek (sebuah keharusan, red) nasi berkat lagi.
Beberapa warga mulai mengganti dengan berbagai aneka jajanan pasar. Ada juga yang mengganti dengan bahan makanan mentah atau ’mentahan’. Seperti beras, gula dan telor ayam.
4. Takbir KelilingTakbir keliling dilakukan hampir setiap tahun saat malam Hari Raya Idulfitri. Namun saat pandemi Covid-19, tradisi yang membuat ribuan massa terkumpul ini dilarang. Tahun ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati kembali membolehkan.Dalam tradisi ini, masyarakat melantunkan takbir sambil mengelilingi desa. Setiap musala dan masjid di suatu desa membentuk kelompok. Biasanya mereka membuat ogoh-ogoh atau boneka besar.Tak jarang, takbir keliling juga diwarnai lomba. Kelompok yang paling rapi, paling bagus ogoh-ogohnya dan paling tertib mendapatkan gelar juara.
5. Silaturahmi ke Sanak Keluarga dan TetanggaTradisi ini menyebar di Indonesia. Tak Terkecuali di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Biasanya usai salat Idulfitri, umat Islam Indonesia sungkem ke orang tua masing-masing. Mereka meminta maaf kepada orang tua.Setelah itu mereka bersilaturahmi ke sanak keluarga dan tetangga. Warga mendatangi setiap rumah sanak-saudara dan tetangganya. Mereka saling meminta maaf dan saling maafkan atas kesalahan yang disengaja atau yang tidak.Setiap desa di Kabupaten Pati mempunyai waktu yang berada dalam pelaksanaannya. Ada yang tepat saat hari raya ada juga yang menggelar sehari usai Idulfitri
6. Bodo KupatBodo kupat juga disebut Lebaran Ketupat. Dalam tradisi ini, warga Kabupaten Pati membuat ketupat atau dalam bahasa Jawa disebut kupat.Dengan opor ayam atau kuah santan lainnya, kupat disantap oleh anggota keluarga dan sebagian lainnya dibagikan kepada kerabat dekat serta tetangga.Bodo kupat berlangsung pada seminggu usai Idulfitri. Meskipun demikian, ada beberapa masyarakat yang sudah membagikan ketupat kepada tetangga saat H+3 Lebaran.
7. Sedekah LautTradisi sedekah laut diawali dengan pawai yang mengarak miniatur kapal nelayan berisi kapal kambing dan sejumlah nasi tumpeng, lengkap dengan jajan pasar. Warga ikut mengarak miniatur kapal hingga dilarung ke laut.Sebelum dilarung, tokoh agama setempat berdoa terlebih dahulu. Mereka berdoa memohon berkah kepada Tuhan, sekaligus mengucap syukur kepada Tuhan yang sudah diberikan kelancaran dalam mencari ikan.Tradisi tersebut sudah berlangsung secara turun temurun dan menjadi kebiasaan masyarakat Juwana atau masyarakat pesisir Kabupaten Patd. Biasanya tradisi ini digelar sepekan usai Idulfitri. Dalam perkembangannya, tradisi ini menyedot perhatian warga untuk menjadi tontonan dan hiburan yang menyenangkan. Editor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Pati – Hari Raya Idulfitri merupakan momen yang dinanti-nanti oleh umat Islam seluruh dunia, tak terkecuali di Kabupaten Pati. Ada sejumlah tradisi Lebaran yang biasa dilakukan masyarakat Pati dalam merayakannya.
Setiap tahun, masyarakat Pati memiliki beberapa tradisi unik yang terkait dengan perayaan Lebaran. Tradisi itu dimulai dari menyambut dan hingga merayakan Hari Raya Idulfitri.
Tradisi ini sudah ada sejak puluhan hingga ratusan tahun yang lalu dan masih dijalan hingga saat ini. Berikut daftar tradisi lebaran di Kabupaten Pati.
1. Ziarah Kubur
Umumnya tradisi ini dilakukan kebanyakan masyarakat Kabupaten Pati sehari menjelang Hari Raya Idulfitri atau saat pagi hari usai salat Idulfitri. Mereka mendatangi makam leluhur dan sanak saudara dan memanjatkan doa kepada Allah SWT.
Biasanya doa yang dipanjatkan berisi permohonan ampun kepada Allah untuk dirinya dan saudara yang diziarahi. Mereka juga memohon agar ahli kubur diberikan tempat yang terbaik di alam kubur.
2. Kondangan atau Selametan
Tradisi ini tersebar di berbagai desa di Kabupaten Pati. Setiap desa melaksanakan slametan di waktu yang berbeda-beda. Ada yang dilakukan usai salat subuh berjamaah. Ada pula dilakukan usai salat Idulfitri.
Di waktu itu, warga berbondong-bondong mendatangi masjid atau musala dengan membawa nasi lengkap dengan berbagai lauk pauk. Nasi itu disebut nasi berkat. Usai salat, mereka kumpul dan membuat lingkaran.
Baca: Jangan Bingung, Ini Warung Makanan Khas Pati yang Buka Saat Libur Lebaran
Puluhan hingga ratusan nasi berkat dan jajanan lainnya diletakkan di tengah-tengah. Setelah itu, mereka berdoa bersama, bersyukur lantaran sudah diberikan kesempatan hidup, merasakan bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri.
Masyarakat juga memohon keselamatan kepada Allah baik keselamatan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Usai berdoa bersama, nasi berkat dan jajanan yang telah dikumpulkan kemudian dibagikan kepada warga yang datang.
3. Selametan Riyoyo
Masyarakat Desa Jrahi, Kecamatan Gunungwungkal, dulu melaksanakan tradisi ini mulai malam hari raya hingga usai salat Idulfitri. Setiap rumah membuat nasi berkat dan mengundang beberapa tetangga untuk selametan.
Lantaran hampir semua rumah menggadakan tradisi ini, warga harus mengantre untuk bisa menggelar selametan. Bahkan beberapa warga mengaku pernah menghadari selametan Ariyoyo dari sore hari hingga subuh.
Usai salat idulfitri pun masih ada warga yang menggelar. Seorang warga mengaku pernah mendapatkan 29 nasi berkat dalam semalam. Lantaran banyaknya undangan yang dihadiri. Nasi berkat yang terkumpul sering kali tidak termakan.
Sejak beberapa tahun terakhir, tradisi ini mulai dimodifikasi. Saat ini, warga Desa Jrahi menggelar Selametan Riyoyo mulai bulan Ramadan datang hingga Idulfitri. Suguhan yang dihidangkan pun tidak
saklek (sebuah keharusan, red) nasi berkat lagi.
Beberapa warga mulai mengganti dengan berbagai aneka jajanan pasar. Ada juga yang mengganti dengan bahan makanan mentah atau ’mentahan’. Seperti beras, gula dan telor ayam.
4. Takbir Keliling
Takbir keliling dilakukan hampir setiap tahun saat malam Hari Raya Idulfitri. Namun saat pandemi Covid-19, tradisi yang membuat ribuan massa terkumpul ini dilarang. Tahun ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati kembali membolehkan.
Dalam tradisi ini, masyarakat melantunkan takbir sambil mengelilingi desa. Setiap musala dan masjid di suatu desa membentuk kelompok. Biasanya mereka membuat ogoh-ogoh atau boneka besar.
Tak jarang, takbir keliling juga diwarnai lomba. Kelompok yang paling rapi, paling bagus ogoh-ogohnya dan paling tertib mendapatkan gelar juara.
5. Silaturahmi ke Sanak Keluarga dan Tetangga
Tradisi ini menyebar di Indonesia. Tak Terkecuali di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Biasanya usai salat Idulfitri, umat Islam Indonesia sungkem ke orang tua masing-masing. Mereka meminta maaf kepada orang tua.
Setelah itu mereka bersilaturahmi ke sanak keluarga dan tetangga. Warga mendatangi setiap rumah sanak-saudara dan tetangganya. Mereka saling meminta maaf dan saling maafkan atas kesalahan yang disengaja atau yang tidak.
Setiap desa di Kabupaten Pati mempunyai waktu yang berada dalam pelaksanaannya. Ada yang tepat saat hari raya ada juga yang menggelar sehari usai Idulfitri
6. Bodo Kupat
Bodo kupat juga disebut Lebaran Ketupat. Dalam tradisi ini, warga Kabupaten Pati membuat ketupat atau dalam bahasa Jawa disebut kupat.
Dengan opor ayam atau kuah santan lainnya, kupat disantap oleh anggota keluarga dan sebagian lainnya dibagikan kepada kerabat dekat serta tetangga.
Bodo kupat berlangsung pada seminggu usai Idulfitri. Meskipun demikian, ada beberapa masyarakat yang sudah membagikan ketupat kepada tetangga saat H+3 Lebaran.
7. Sedekah Laut
Tradisi sedekah laut diawali dengan pawai yang mengarak miniatur kapal nelayan berisi kapal kambing dan sejumlah nasi tumpeng, lengkap dengan jajan pasar. Warga ikut mengarak miniatur kapal hingga dilarung ke laut.
Sebelum dilarung, tokoh agama setempat berdoa terlebih dahulu. Mereka berdoa memohon berkah kepada Tuhan, sekaligus mengucap syukur kepada Tuhan yang sudah diberikan kelancaran dalam mencari ikan.
Tradisi tersebut sudah berlangsung secara turun temurun dan menjadi kebiasaan masyarakat Juwana atau masyarakat pesisir Kabupaten Patd. Biasanya tradisi ini digelar sepekan usai Idulfitri. Dalam perkembangannya, tradisi ini menyedot perhatian warga untuk menjadi tontonan dan hiburan yang menyenangkan.
Editor: Zulkifli Fahmi