Terlebih, para petani sudah menanami lahan mereka dengan tanaman padi sejak sebulan lalu. Sehingga, dengan kondisi ini pun mereka khawatir apabila tanamannya mati.
Salah satu petani desa tersebut, Suparman, pun mengeluhkan kondisi ini. Ia khawatir sawahnya gagal panen. Apalagi mulai Mei hingga Oktober 2023 diprediksi memasuki musim kemarau panjang.
”Ini terlanjur (tanam), hujannya ndak mau turun. Jadi susah cari air. Kita juga takut karena mulai bulan Mei ada kemarau panjang,” kata dia.
Suparman dan petani Desa Ngawen lainnya pun harus memutar otak. Mereka berencana memanfaatkan aliran air dari Waduk Gembong. Para petani berharap waduk ini tak terpengaruh kemarau panjang.
”Biasanya bisa ambil air dari Waduk Gembong. Nanti kita iuran untuk ambil air itu,” ujar dia.
Sementara itu, Kepala Pelaksanaan Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetya meminta para petani untuk menanam komoditas pertanian yang tahan suhu panas daripada tanaman yang memerlukan banyak air seperti padi.”Harus disiapkan masyarakat untuk menghadapi kekeringan ini. Petani, kami minta mengganti tanaman yang tahan panas. Karena sangat tidak ideal kalau menanam padi,” tutur dia.Ia mengatakan, saat ini Kabupaten Pati sudah memasuki pancaroba. Suhu di Kabupaten Pati sudah mengalami kenaikan dari sebelumnya di bawah 30 drajat celsius saat ini lebih dari 30 drajat celsius.
”Suhu di Kabupaten Pati sekitar 33 drajat celsius. Kita bersyukur karena suhu ini tergolong normal karena ini peralihan musim,” pungkas dia.https://youtu.be/8EBKWdny2ZIEditor: Cholis Anwar
Murianews, Pati – Cuaca panas ekstrem yang terjadi sejak beberapa hari ini, membuat petani Desa Ngawen, Kecamatan Margorejo, Pati, Jawa Tengah, mengernyitkan dahi. Sebab, sebagian besar lahan persawahan mereka justru mengalami retak-retak.
Terlebih, para petani sudah menanami lahan mereka dengan tanaman padi sejak sebulan lalu. Sehingga, dengan kondisi ini pun mereka khawatir apabila tanamannya mati.
Salah satu petani desa tersebut, Suparman, pun mengeluhkan kondisi ini. Ia khawatir sawahnya gagal panen. Apalagi mulai Mei hingga Oktober 2023 diprediksi memasuki musim kemarau panjang.
Baca:
Waspada Gelombang Panas, Ini Bahayanya bagi Tubuh dan Kulit
”Ini terlanjur (tanam), hujannya ndak mau turun. Jadi susah cari air. Kita juga takut karena mulai bulan Mei ada kemarau panjang,” kata dia.
Suparman dan petani Desa Ngawen lainnya pun harus memutar otak. Mereka berencana memanfaatkan aliran air dari Waduk Gembong. Para petani berharap waduk ini tak terpengaruh kemarau panjang.
”Biasanya bisa ambil air dari Waduk Gembong. Nanti kita iuran untuk ambil air itu,” ujar dia.
Sementara itu, Kepala Pelaksanaan Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetya meminta para petani untuk menanam komoditas pertanian yang tahan suhu panas daripada tanaman yang memerlukan banyak air seperti padi.
”Harus disiapkan masyarakat untuk menghadapi kekeringan ini. Petani, kami minta mengganti tanaman yang tahan panas. Karena sangat tidak ideal kalau menanam padi,” tutur dia.
Ia mengatakan, saat ini Kabupaten Pati sudah memasuki pancaroba. Suhu di Kabupaten Pati sudah mengalami kenaikan dari sebelumnya di bawah 30 drajat celsius saat ini lebih dari 30 drajat celsius.
Baca:
Ekstrem, Suhu Puncak Gunung Lawu Tembus 3 Derajat saat Dini Hari
”Suhu di Kabupaten Pati sekitar 33 drajat celsius. Kita bersyukur karena suhu ini tergolong normal karena ini peralihan musim,” pungkas dia.
https://youtu.be/8EBKWdny2ZI
Editor: Cholis Anwar