Rabu, 19 November 2025


Sebelumnya, ribuan berkatan disediakan warga setempat untuk masyarakat desa luar Jrahi. Setiap rumah atau kepala keluarga menyediakan  dua berkatan. Berkatan berisi nasi dan lauk pauknya ini diwadahi ayaman bambu yang disebut warga setempat sebagai tlandik.

Nasi berkatan ini dikumpulkan di masing-masing Ketua RT untuk kemudian dibawa ke punden. Selain berkatan, hasil bumi seperti kopi, jambu, buah kakau, terong dan beberapa hasil bumi lainnya juga disediakan warga.

Hasil bumi dan beberapa berkatan diarak keliling desa sebelum dibawa ke punden untuk didoakan bersama ribuan berkatan. Hasil bumi ditumpuk sedemikian rupa hingga membentuk gunungan. Sedangkan berkatan ditempatkan di miniatur rumah, warga desa sekitar menyebut Pucak.

Kepala Desa Jrahi Miko Adi Setyawan mengatakan, rangkaian sedekah bumi tahun ini sudah dimulai sejak Senin (5/6/2023) kemarin sore. Ia mengungkapkan makna acara ini merupakan wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang didapatkan.

”Tlandik 2 ribu lebih. Per KK itu wajib 2 tlandik. Kemarin sudah ada. Kurang lebih ya sekitar 2 ribuan. Hari ini puncak acara. Ini ritual khajatan. Kita berdoa,” tutur Miko.

Ribuan berkatan yang telah disiapkan, habis seketika usai doa dipanjatkan. Bahkan beberapa nasi berkatan yang tercecer dipungut beberapa warga. Warga yang memburu berkatan ini dari luar Desa Jrahi.

”Masyarakat antusias itu pasti. Karena berkah besar. nasi yang berceceran saja diambil,” ujar Miko.
Ia mengungkapkan setiap tahun di bulan Apet atau bulan ke 11 penanggalan Jawa, acara ini digelar. Sedekah Bumi ini juga menjadi momen untuk menyatukan warganya. Meskipun warganya dari berbagai golongan agama, namun tetap guyub rukun ikut menyukseskan acara ini.”Tujuannya sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Esa yang telah memberikan kita hasil bumi selama satu tahun lalu. Sehingga bisa dimanfaatkan untuk menghidupi warga desa. Kita juga memberikan penghormatan kepada leluhur yang mengawali desa Jrahi,” kata dia.Diketahui, desa ini mempunyai masyarakat yang plural. Ada tiga agama dan satu penghayat kepercayaan di desa ini. Yakni, Islam, Protestan, Budha dan Sapto Darmo.Sementara itu, Luthfi, warga Kecamatan Wedarijaksa yang ikut acara ini merasa senang. Ia mendapat berkatan usai menunggu acara sedari pagi. Nantinya, hasil kabumi yang didapatkannya akan dibawa pulang untuk istrinya.”Kalau berkatan seperti ini, yang dapat banyak kita bagikan ke tetangga, ada juga yang dikeringkan dan nanti saat hendak menanam padi di taburkan ke sawahnya biar tanahnya subur, dan panennya melimpah,” tandas dia.https://youtu.be/Tro9T1U5_-MEditor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler