Kamis, 20 November 2025


Ini berdasarkan pencatatan elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM) pada bulan Februari lalu. Dari data itu, sekitar 69 ribu anak di Kabupaten Pati, 5,78 persen di antaranya terindikasi stunting.

”Dari e-PPGBM seluruh bayi kita ukur itu sekitar 69 ribu anak itu 5,78  persennya stunting. Jadi angka itu sekitar 4 ribuan anak,” tutur Kadinkes Kabupaten Pati Aviani Tritanti Venusia.

BacaStunting Mengintai Dua Desa di Pati, 70 Anak Terindikasi

Sementara itu berdasarkan hasil pendataan melalui metode Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), sebanyak 23 persen dari sample yang ada terinduksi stunting. Dalam metode ini hanya 67 lokus yang diperiksa. Sebanyak 10 anak dari masing-masing lokus diperiksa gejala stunting.

”SSGI nya itu 23 persen. Itu kira-kira SSGI 67 lokus masing-masing lokus itu 10 anak. Jadi 23 persen dari 670 anak,” ungkap dia.

Dari data ini, lanjut Aviani, Kabupaten Pati masuk sebelas besar angka stunting di Jawa Tengah. Pihaknya pun berusaha melakukan berbagai upaya agar angka stunting di Kabupaten Pati tidak semakin bertambah.

”Kalau sudah stunting kita tidak bisa intervensi. Tapi kita mencoba agar anak tidak terkena stunting. Jangan sampai dia kena stunting. Target kita jangan sampai terdeteksi stunting jadi zero stunting agar tidak ada muncul kasus lagi,” ujar dia.Untuk menekan angka stunting, Dinkes Kabupaten Pati menggandeng beberapa pihak. Di antaranya Dinas Sosial, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) hingg posyandu.”Kita melakukan upaya penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita atau bayi, melakukan penyuluhan kepada calon pengantin dan pemberian tablet FE kepada siswa SMA remaja putri,” tandas dia.BacaCegah Perkawinan Anak dan Stunting, Program Caping Gayeng DiluncurkanMenurutnya, kasus stunting terjadi lantaran kurangnya gizi orang tua sebelum dan saat mengandung. Selain itu, pola asuh anak juga bisa menjadi faktor seorang balita mengalami stunting. Editor: Cholis Anwar

Baca Juga

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler