Suluk Maleman: Menjaga Kasih Sayang di Tahun Politik
Umar Hanafi
Senin, 19 Juni 2023 19:30:31
Anis Sholeh Ba’asyin mengatakan, kasih sayang itu perlu dikuatkan agar tak mudah dibentur-benturkan hingga memunculkan perpecahan. Apalagi saat tahun politik, di mana potensi perpecahan semakin besar.
Ia mengungkapkan,
asmaul husna merupakan nama-nama sifat Allah yang juga dititipkan ke diri manusia untuk mengelola bumi. Sementara inti atau pusat
asmaul husna tersebut dikatakannya ada pada sifat
rahman dan
rahim.
Hanya saja, demikian lanjut Anis, selama ini banyak yang menyamakan sifat
rahman rahim dengan sifat lembut, dan bahkan dengan sikap lembek. Sehingga bukan hanya banyak yang salah dalam melakukan penilaian, tapi juga salah dalam aplikasinya.
”Bisa dikatakan yang menjadi konduktor dalam orkestrasi
asmaul husna adalah sifat
rahman dan
rahim. Kita boleh marah namun harus karena kasih sayang. Boleh berkuasa tapi harus dilandasari kasih sayang. Bukan asal marah ataupun berkuasa,” ujar Anis Sholeh Ba’asyin mengawali ngaji budaya tersebut.
Baca: Seribu Rumah Tak Layak Huni di Pati Telah Dibedah BaznasNamun ia menyayangkan, saat ini justru banyak insan yang kehilangan sifat
rahman dan
rahim. Apalagi insan yang tak mempunyai tekad kuat. Ia mudah dikendalikan oleh kebencian.
”Apalagi mendekati tahun politik 2024 ini pasti banyak yang berebut simpati publik. Dan tak jarang dengan cara menyebarkan kebencian kepada pihak lain. Bila tak punya benteng
rahman rahim yang kuat, kita pasti akan mudah dikendalikan oleh kecurigaan, sangka buruk dan kebencian,” terangnya.
Dia pun lantas memberi contoh dari khasanah sejarah Walisongo, di mana banyak perbedaan yang cukup tajam di antara mereka. Tapi tak membuat mereka saling menafikan satu dengan yang lain.
Bahkan dengan Syekh Siti Jenar yang perbedaannya cukup substantif, tentang model model kerajaan yang harus dipilih pasca Majapahit, pun mereka tak lantas bermusuhan.
”Karena mayoritas setuju meneruskan model Kerajaan Majapahit, maka Syekh Siti Jenar lantas memilih jalan gerakan rakyat, membuat simpul gerakan akar rumput di banyak wilayah. Dan keduanya berjalan beriringan, tanpa saling menghancurkan satu dengan yang lain,” jelas Anis.
Baca: Viral, Pria di Pati Diarak Keliling Kampung Usai Maling Gas MelonAnis juga berkisah tentang KH Abdullah Salam. Kiai kasrimatik dari Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Pati ini senantiasa meletakkan kepentingan diri dan kelompok di tempat paling bawah.”Mbah Dullah Salam dulu bahkan legawa pengajian yang biasa diisinya, dan punya banyak jamaah, digantikan oleh orang lain. Karena tujuan utama beliau adalah meramaikan masjid. Maka siapa pun pengisi dan pengelolanya tak jadi masalah asalkan masjidnya tetap ramai. Tapi bagaimana jika itu terjadi sekarang ini?,” tambah Anis.Sementara Dr Abdul Jalil menambahkan, asas kehidupan menurutnya ada pada dua sifat yang ada dalam ayat kursi. Yakni
Hayyu dan
Qayyum, atau hidup dan tegak. Untuk bisa ke inti
asmaul husna, dikatakannya perlu dimulai dengan bagaimana bisa hidup dan stabil atau tegak.”Kehidupan dan stabilitas yang akan menjadi landasan biar kasih sayang bisa masuk,” tambahnya.Ngaji NgAllah Suluk Maleman edisi ke 138 yang digelar di Rumah Adab Indonesia Mulia malam itu terasa spesial. Kecuali Sampak GusUran, malam itu juga ada penampilan khusus dari Ki Ageng Qithmir yang malam itu menyajikan beberapa komposisi lagu yang bukan hanya indah, tapi juga mewakili semangat kontinuitas budaya yang kental. Editor: Ali Muntoha
Murianews, Pati – Suluk Maleman kembali digelar pada pertengahan bulan ini, Sabtu (17/6/2023) malam. Kali ini, Suluk Maleman mengangkat tema ”Berlabuh Ke Kasih Sayang” dan mengajak setiap insan untuk menjaga kasih sayang atau
rahman rahim terutama di tahun politik.
Anis Sholeh Ba’asyin mengatakan, kasih sayang itu perlu dikuatkan agar tak mudah dibentur-benturkan hingga memunculkan perpecahan. Apalagi saat tahun politik, di mana potensi perpecahan semakin besar.
Ia mengungkapkan,
asmaul husna merupakan nama-nama sifat Allah yang juga dititipkan ke diri manusia untuk mengelola bumi. Sementara inti atau pusat
asmaul husna tersebut dikatakannya ada pada sifat
rahman dan
rahim.
Hanya saja, demikian lanjut Anis, selama ini banyak yang menyamakan sifat
rahman rahim dengan sifat lembut, dan bahkan dengan sikap lembek. Sehingga bukan hanya banyak yang salah dalam melakukan penilaian, tapi juga salah dalam aplikasinya.
”Bisa dikatakan yang menjadi konduktor dalam orkestrasi
asmaul husna adalah sifat
rahman dan
rahim. Kita boleh marah namun harus karena kasih sayang. Boleh berkuasa tapi harus dilandasari kasih sayang. Bukan asal marah ataupun berkuasa,” ujar Anis Sholeh Ba’asyin mengawali ngaji budaya tersebut.
Baca: Seribu Rumah Tak Layak Huni di Pati Telah Dibedah Baznas
Namun ia menyayangkan, saat ini justru banyak insan yang kehilangan sifat
rahman dan
rahim. Apalagi insan yang tak mempunyai tekad kuat. Ia mudah dikendalikan oleh kebencian.
”Apalagi mendekati tahun politik 2024 ini pasti banyak yang berebut simpati publik. Dan tak jarang dengan cara menyebarkan kebencian kepada pihak lain. Bila tak punya benteng
rahman rahim yang kuat, kita pasti akan mudah dikendalikan oleh kecurigaan, sangka buruk dan kebencian,” terangnya.
Dia pun lantas memberi contoh dari khasanah sejarah Walisongo, di mana banyak perbedaan yang cukup tajam di antara mereka. Tapi tak membuat mereka saling menafikan satu dengan yang lain.
Bahkan dengan Syekh Siti Jenar yang perbedaannya cukup substantif, tentang model model kerajaan yang harus dipilih pasca Majapahit, pun mereka tak lantas bermusuhan.
”Karena mayoritas setuju meneruskan model Kerajaan Majapahit, maka Syekh Siti Jenar lantas memilih jalan gerakan rakyat, membuat simpul gerakan akar rumput di banyak wilayah. Dan keduanya berjalan beriringan, tanpa saling menghancurkan satu dengan yang lain,” jelas Anis.
Baca: Viral, Pria di Pati Diarak Keliling Kampung Usai Maling Gas Melon
Anis juga berkisah tentang KH Abdullah Salam. Kiai kasrimatik dari Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Pati ini senantiasa meletakkan kepentingan diri dan kelompok di tempat paling bawah.
”Mbah Dullah Salam dulu bahkan legawa pengajian yang biasa diisinya, dan punya banyak jamaah, digantikan oleh orang lain. Karena tujuan utama beliau adalah meramaikan masjid. Maka siapa pun pengisi dan pengelolanya tak jadi masalah asalkan masjidnya tetap ramai. Tapi bagaimana jika itu terjadi sekarang ini?,” tambah Anis.
Sementara Dr Abdul Jalil menambahkan, asas kehidupan menurutnya ada pada dua sifat yang ada dalam ayat kursi. Yakni
Hayyu dan
Qayyum, atau hidup dan tegak. Untuk bisa ke inti
asmaul husna, dikatakannya perlu dimulai dengan bagaimana bisa hidup dan stabil atau tegak.
”Kehidupan dan stabilitas yang akan menjadi landasan biar kasih sayang bisa masuk,” tambahnya.
Ngaji NgAllah Suluk Maleman edisi ke 138 yang digelar di Rumah Adab Indonesia Mulia malam itu terasa spesial. Kecuali Sampak GusUran, malam itu juga ada penampilan khusus dari Ki Ageng Qithmir yang malam itu menyajikan beberapa komposisi lagu yang bukan hanya indah, tapi juga mewakili semangat kontinuitas budaya yang kental.
Editor: Ali Muntoha