Banjir di Pati Meluas, Lima Kecamatan Tergenang
Umar Hanafi
Kamis, 14 Maret 2024 08:50:00
Murianews, Pati – Banjir di Kabupaten Pati, Jawa Tengah terus meluas. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat setidaknya lima kecamatan yang saat ini sudah tergenang.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetya mengatakan, pada Rabu (13/3/2024) pagi kemarin banjir menggenangi beberapa desa di Kecamatan Kayen.
Kini banjir meluas di beberapa kecamatan. Di antaranya Kecamatan Kayen, Tambakromo, Batangan, Juwana dan Kecamatan Tayu. Sejumlah desa di lima kecamatan tersebut tergenang banjir.
Pemukiman warga, jalan hingga lahan pertanian kondisinya tergenang banjir. Namun pihaknya belum mendata jumlah pasti rumah warga yang terdampak maupun kerugian atas banjir tersebut.
”Daerah yang tergenang banjir di Kecamatan Kayen, Juwana, Jakenan, Batangan dan Tayu. Kami masih melakukan pendataan jumlah desa yang terdampak,” ujar Martinus kepada Murianews.com, Kamis (14/3/2024).
Sementara itu berdasarkan data yang dihimpun, desa-desa di Kabupaten Pati yang terdampak banjir di antaranya Desa Kayen, Desa Sumbersari, dan Desa Slungkep (Kecamatan Kayen).
Kemudian, Desa Ketitangwetan (Kecamatan Batangan), Desa Doropayung (Kecamatan Juwana) dan Desa Tunggulsari (Kecamatan Tayu), Desa Sembaturagung dan Glonggong (Kecamatan Jakenan).
Banjir ini terjadi lantaran intensitas hujan cukup tinggi yang terjadi di Kabupaten Pati sejak beberapa hari terakhir. Selain itu, banjir juga disinyalir lantaran lahan kritis di Pegunungan Kendeng maupun Gunung Muria di wilayah Pati.
Lahan kritis ini membuat penyerapan air hujan di daerah atas kurang maksimal. Sehingga, air hujan langsung turun ke bawah dengan membawa lumpur. Sungai pun cepat mengalami sedimentasi dan tak kuat menampung air hujan.
”Kalau kita runut, ini terjadi lantaran beralihnya fungsi hutan lindung menjadi tanaman semusim, padi, ketela dan sebagian. Buahnya (akibatnya) diambil dan dirasakan oleh masyarakat,” kata Martinus.
Berdasarkan riset Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu 2018-2022, sebanyak 16,9 ribu hektare lahan di Kabupaten Pati masuk kategori kritis. Bahkan, hampir 17 ribu hektare lahan tersebut di antaranya masuk kategori sangat kritis.
Editor: Cholis Anwar
Murianews, Pati – Banjir di Kabupaten Pati, Jawa Tengah terus meluas. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat setidaknya lima kecamatan yang saat ini sudah tergenang.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetya mengatakan, pada Rabu (13/3/2024) pagi kemarin banjir menggenangi beberapa desa di Kecamatan Kayen.
Kini banjir meluas di beberapa kecamatan. Di antaranya Kecamatan Kayen, Tambakromo, Batangan, Juwana dan Kecamatan Tayu. Sejumlah desa di lima kecamatan tersebut tergenang banjir.
Pemukiman warga, jalan hingga lahan pertanian kondisinya tergenang banjir. Namun pihaknya belum mendata jumlah pasti rumah warga yang terdampak maupun kerugian atas banjir tersebut.
”Daerah yang tergenang banjir di Kecamatan Kayen, Juwana, Jakenan, Batangan dan Tayu. Kami masih melakukan pendataan jumlah desa yang terdampak,” ujar Martinus kepada Murianews.com, Kamis (14/3/2024).
Sementara itu berdasarkan data yang dihimpun, desa-desa di Kabupaten Pati yang terdampak banjir di antaranya Desa Kayen, Desa Sumbersari, dan Desa Slungkep (Kecamatan Kayen).
Kemudian, Desa Ketitangwetan (Kecamatan Batangan), Desa Doropayung (Kecamatan Juwana) dan Desa Tunggulsari (Kecamatan Tayu), Desa Sembaturagung dan Glonggong (Kecamatan Jakenan).
Banjir ini terjadi lantaran intensitas hujan cukup tinggi yang terjadi di Kabupaten Pati sejak beberapa hari terakhir. Selain itu, banjir juga disinyalir lantaran lahan kritis di Pegunungan Kendeng maupun Gunung Muria di wilayah Pati.
Lahan kritis ini membuat penyerapan air hujan di daerah atas kurang maksimal. Sehingga, air hujan langsung turun ke bawah dengan membawa lumpur. Sungai pun cepat mengalami sedimentasi dan tak kuat menampung air hujan.
”Kalau kita runut, ini terjadi lantaran beralihnya fungsi hutan lindung menjadi tanaman semusim, padi, ketela dan sebagian. Buahnya (akibatnya) diambil dan dirasakan oleh masyarakat,” kata Martinus.
Berdasarkan riset Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu 2018-2022, sebanyak 16,9 ribu hektare lahan di Kabupaten Pati masuk kategori kritis. Bahkan, hampir 17 ribu hektare lahan tersebut di antaranya masuk kategori sangat kritis.
Editor: Cholis Anwar