Rabu, 19 November 2025

Murianews, Pati – Ngaji Budaya Suluk Maleman kembali digelar pada Sabtu (20/7/2024) malam. Dalam kesempatan ini, Anis Sholeh Ba’asyin, penggagas Suluk Maleman, menilai bulan Muharram merupakan waktu yang tepat untuk bermuhasabah. 

Menurutnya, bulan Muharram tak saja dipakai sebagai penanda pergantian tahun bagi orang muslim. Lebih dari itu, Muharram juga sekaligus menjadi momen penting untuk bermuhasabah atau instropeksi diri.

Habib Anis menyebut bahwa bermuhasabah artinya menilai apa yang selama ini menggejala secara lahir untuk mengenali yang batin yang menjadi sumbernya.

”Faktanya apa yang selama ini kita lakukan adalah akumulasi hasil pendidikan dan pembiasaan yang tertanam di otak sejak kecil, bahkan sejak bayi. Di satu sisi, pendidikan dan pembiasaan yang ditanam dari luar, dari lingkungan ini secara potensial mencampur-baurkan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang haq dengan yang bathil dan seterusnya,” jelas Anis.

”Sementara di sisi lain, sebagian besar kebiasaan tersebut tak bisa kita kenali akar nilai-nilai yang melahirkannya. Kita melakukannya setiap saat secara hampir otomatis. Karena itu kita butuh ruang untuk merenung dan menilai ulang kenapa kita melakukan ini dan bukan itu, memilih begini dan bukan begitu,” lanjutnya.

Menurut Anis, dari sini manusia bisa menata ulang kebiasaan-kebisaannya. Menyingkirkan yang buruk, menguatkan dan menambah yang baik. 

Lebih lanjut Anis menegaskan bahwa untuk lebih mengenali yang batin, manusia harus bisa menggunakan reaksi-reaksi spontan yang lahir saat menghadapi situasi dadakan atau darurat sebagai alat pengukurnya. Karena reaksi tersebut menggambarkan kondisi batin kita secara lebih tepat.

Yang penting untuk dicatat, lanjut Anis, titik pijak dalam muhasabah ini adalah dengan memosisikan diri pada posisi paling rendah, paling hina, paling bodoh dan seterusnya. 

Seperti pernah diucapkan  oleh Sayyidina Ali, tanda awal keimanan adalah merasa bahwa dirinya yang paling buruk. Dengan memilih posisi ini secara otomatis akan selalu terbuka ruang untuk memperbaiki diri secara terus menerus. 

”Ini adalah proses muhasabah yang harus selalu kita lakukan, baik secara personal maupun sosial kebangsaan. Bila kita bisa Istiqomah menjalankannya, insya Allah kita bisa menemukan kualitas terbaik kita secara personal mau pun secara sosial,” tambah Anis.

Muhammad Aniq, salah satu narasumber lainnya, menyebut bahwa Al Qur’an sendiri sudah mewanti-wanti perihal manusia yang memiliki hati, mampu melihat, dan mendengar namun tak menggunakannya dengan baik.

”Jika punya hati tapi tak memfungsikan hatinya, bisa melihat tapi tidak melihat dengan benar, bisa mendengar tapi tidak mendengarkan yang baik; diibaratkan sebagai hewan ternak. Mereka dikungkung, dimanfaatkan sesuai kebutuhan peternaknya. Tidak ada kedaulatan diri,” imbuhnya.

Oleh karenanya dia juga setuju jika Muharram sebagai momen menginstropeksi hal yang bersifat lahiriyah dan batiniah. Muharram sendiri merupakan kelanjutan bulan Dzulhijjah dimana terjadi momen kembali pada kesadaran ruang tumbuh.

”Di bulan Dzulhijjah ada peristiwa Nabi Ibrahim yang begitu bagus untuk menjadi pelajaran. Namun di kisah itu ada peristiwa lain yakni kisah Namrud yang dianggap titisan Tuhan setelah ibunya menyebut kehamilannya suci. Apalagi Namrud memiliki keahlian di berbagai bidang, sehingga banyak yang lantas percaya bahwa dia memang penjelmaan Tuhan” ungkapnya.

Hanya saja Namrud memiliki sisi kelam yakni kebiasaannya menjadikan anak kecil sebagai tumbal. Aniq melihat hal itu lantaran Namrud khawatir jika nantinya ada bayi yang akan lebih baik dari dia. Maka ditumbalkan dengan dalih persembahan pada alam.

”Hal itulah yang kemudian dilawan Nabi Ibrahim. Hingga kemudian terjadi peristiwa berkurban. Namun yang dikurbankan adalah kambing,” ungkapnya.

Sementara itu Ammar Abdillah, pembicara lainnya menyebut setiap manusia tentu berjalan diantara yang lahir dan batin. Dia mencontohkan, gerakan salat yang lahir pun mampu mengantarkan perjalanan batin.

”Maka penting untuk melihat yang lahir itu bermula dari keadaan batin yang mana. Dari kesadaran itu, kita bisa membasuh yang lahir sekaligus menyucikan kondisi batinnya,” imbuhnya.

Editor: Cholis Anwar

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler