Rabu, 19 November 2025

Murianews, PatiSungai Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mulai asat atau mengering pada musim kemarau tahun 2024. Dampaknya, ratusan nelayan tradisional atau nelayan kecil menganggur hingga hampir satu bulan.

Perahu mereka tampak tergeletak di Sungai Juwana Pati, tepatnya di Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus. Perahu berukuran kecil itu biasanya dimanfaatkan untuk mencari ikan di Sungai Juwana.

Tapi kegiatan itu tidak dilakukan lantaran sungai yang juga bernama Sungai Silugonggo itu mengering. Air di sungai tersebut terus menyusut saat musim kemarau.

Pardi, salah satu nelayan menuturkan, mengerinya Sungai Juwana baru tahun ini terjadi. Ia belum pernah menyaksikan Sungai Juwana mengering hingga terlihat dasar sungai.

”Baru kali ini terjadi. Sebelumnya ndak pernah mengering kayak gini. Jadi ini sudah tiga minggu menganggur,” ujar Pardi kepada Murianews.com, Rabu (11/9/2024).

Pardi menduga, surutnya air Sungai Juwana dipicu beroperasinya Bendung Karet yang terletak di Desa Bungasrejo, Kecamatan Jakenan, Pati. Bendung yang dibangun sejak tahun 2023 itu mulai beroperasi tahun 2024 ini.

Akibatnya, air dari muara tidak bisa mengalir ke Sungai Juwana atau daerah atas. Sebelum adanya Bendung Karet, air dari muara naik wilayah atas saat air pasang. Namun, Bendung Karet menutup aliran air, sehingga Sungai Juwana mengering.

”Biasanya saat musim kemarau, ya masih bisa cari ikan. Malah variasi ikannya lebih banyak. Biasanya sehari ya bisa dapat Rp 100-120 ribu. Tapi ini hampir satu bulan menganggur,” kata Ketua RT 1/RW 2 Desa Banjarsari itu.

Ia mengungkapkan, ratusan nelayan kecil di Sungai Juwana pun menganggur. Wilayah RT-nya saja terdapat 27 nelayan yang menganggur akibat mengeringnya Sungai Juwana.

”Harapan kami ya semoga kesejahteraan nelayan tradisional kayak kami ini diperhatikan. Karena ini terdampak juga,” harap dia.

Hal yang sama diungkapkan nelayan asal Desa Mintobasuki, Kecamatan Gabus, Lasno. Kakek berusia 71 tahun itu mengaku terpaksa menganggur lantaran mengeringnya Sungai Juwana.

”Ya, ada ratusan nelayan dari berbagai desa. Desa saya puluhan. Apalagi ditambah desa lainnya. Ada Desa Mintobasuki, Banjarsari, Mustokoharjo, Gadingrejo, Bungasrejo,” tandas dia.

Editor: Dani Agus

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler