Meriahnya Festival Muria Raya Ke-4, Rekor Muri Menanti
Umar Hanafi
Senin, 16 September 2024 09:50:00
Murianews, Pati – Festival Muria Raya ke-4 di Desa Jepalo, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati, Jawa Tengah berjalan meriah. Rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) pun menanti.
Festival kesenian dan kebudayaan tersebut digelar selama sepakan di tengah-tengah permukiman warga. Mereka berbaur dengan masyarakat menggelar berbagai acara pada 8 September hingga 15 September 2024.
Pameran seni rupa hingga berbagai pertunjukan pun digelar dalam festival yang bertajuk Gamelan Total Kaca (Gatotkaca) itu. Minggu (15/9/2024) menjadi puncak Festival Muria Raya ke-4.
Puncak festival itu dimulai dengan arak-arakan Gatotkaca bersama para seniman yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung. Sejumlah gamelan yang terbuat dari limbah kaca dibopong sejumlah orang kemudian di bawa keliling pemukiman.
Sesampainya di depan panggung utama Festival Muria Raya, gamelan total kaca pun dijamasi atau didoakan. Sejumlah tokoh yang ikut sengkuyung menyukseskan acara ini membasuh gamelan kaca dengan air kendi.
Prosesi sakral tersebut berjalan dengan meriah sekaligus khidmat. Para pengrawit atau pemain musik gamelan pun diresmikan di malam puncak Festival Muria Raya ke-4.
”Malam ini kita menjadi saksi Gemelean total kaca lehir di Dukuh Dombyang di Festival Muria Raya ke 4. Sekaligus munculnya Nyai Murbeng Lungit sebagai pengrawit. Nama ini mempunyai arti Ibu pembawa amanah. Semoga membawa kebaikan kepada semesta raya ini,” kata Adid Rafael Aris Husaini, Ketua Pelaksana Festival Muria Raya ke-4.
Usai kata sambutan singkat itu, sejumlah pertunjukan bergantian tampil. Mulai pertunjukan kesenian khas Pati Gong Cik dan Terbang Jawa, lantunan gamelan kaca dari Nyai Murbeng Lungit, siswa-siswi SMPN 1 Gunungwungkal dan Song Meri.
Dilanjutkan dengan pertunjukan Sanggar Saujana, Sanggar Andhong Jinawi, Sanggar Dhom Sunthil dan Padepokan Wargo Budoyo. Mereka estafet pamer produk kesenian masing-masing.
Setelah berbagai pertunjukan usai, Adid menyebut gamelan total kaca ini merupakan yang pertama di dunia. Pihaknya pun saat ini dalam proses pengajuan agar masuk Muri.
”Iya, tapi sebetulnya itu hadiah (bila mendapatkan rekor Muri). Hadiah saja untuk warga yang sudah bergotong royong dan para seniman yang kerja bareng di sini,” kata dia kepada wartawan.
Menurutnya, tanpa gotong royong para warga dan seniman, gelaran kesenian dan kebudayaan ini tak bakal terwujud. Pasalnya, pihaknya butuh berbulan-bulan untuk membuat gamelan total kaca dan menghadirkan sejumlah seniman sebagai mentor.
”Kalau tidak ada gotong royong tidak akan seperti ini. Bahannya juga merupakan limbah sisa dari bahan renovasi rumah warga,” tandas dia.
Editor: Cholis Anwar



