Produksi Garam di Pati Capai 324 Ribu Ton
Umar Hanafi
Sabtu, 11 Januari 2025 15:42:00
Murianews, Pati – Produksi garam di Kabupaten Pati mencapai 324 ribu ton selama tahun 2024. Musim kemarau menjadi musim panen penghasil garam di desa-desa yang tersebar di empat kecamatan.
Pembina Mutu Hasil Kelautan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, Ari Wibowo mengatakan, petambak garam tersebar di Kecamatan Batangan, Juwana, Wedarijaksa, hingga Trangkil. Para petambak garam ini memproduksi garam mulai bulan Mei hingga November 2024.
”Pada musim kemarau Mei persiapan, Juni sampai Agustus efektif empat bulan produksi garam, habis itu sudah tidak ada produksi lagi (sejak musim hujan). November awal masih ada produksi, lalu minggu kedua mulai berkurang karena lahannya ndak bisa,” ujar dia kepada Murianews.com.
Sejak Mei sampai November 2024, total produksi garam di Kabupaten Pati mencapai 324.036,10 ton, dengan rincian tertinggi pada Oktober yang melejit 85.825,46 ton.
Sementara, produksi terendah terjadi pada Mei yakni 250,72 ton karena bulan pertama olah lahan. Sedangkan pada Desember sampai dengan April petambak tak melakukan aktivitas produksi garam.
”Butuh proses produksi, tidak serta merta pas musim kemarau langsung jadi garam karena tambak yang jadi tempat olahan garam saat musim penghujan jadi tambak budidaya ikan. Maka dari itu, lahan perlu diubah dulu untuk pengolahan garam harus ada meja garam, ulir, air dan lain-lain,” papar Ari.
Mayoritas lahan pengolahan garam di Kabupaten Pati merupakan lahan yang sama budidaya ikan. Apabila musim penghujan tiba, lahan dipakai untuk tambak ikan, begitu musim kemarau datang maka petambak mengolah lahan untuk persiapan budidaya garam.
Ketika ditanya soal target hasil produksi garam di Kabupaten Pati, ia mengaku tak bisa mamatok target secara dini tanpa informasi prakiraan cuaca pada proyeksi setahun ke depan.
“Kalau kemarau panjang berani masang target. Kita di tahun kemarin (2024) capai hampir 325 ton, sehingga target berhasil terlampaui. Dan jangan kaget ketika musim hujan terjadi fluktuasi yang drop, kadang hanya 55 ribu kadang 70 ribu ton saja,” imbuhnya.
Ia mengatakan proses produksi garam bisa dilakukan dengan waktu minimal 10 hari demi hasilkan kualitas bermutu.
Namun, banyak petambak yang ingin segera memanen garamnya supaya cepat laku, sehingga kurang dari 10 hari, mereka sudah menyelesaikan masa pengolahannya walau kualitas kurang memadai.
”7 sampai 10 hari merupakan waktu yang bagus untuk produksi, tetapi karena mereka (petambak) berpikir urusan perut dan kebutuhan rumah tangga. Maka, baru 5 sampai 6 hari sudah dipanen, yang penting dapat duit,” tandas dia.
Editor: Cholis Anwar
Murianews, Pati – Produksi garam di Kabupaten Pati mencapai 324 ribu ton selama tahun 2024. Musim kemarau menjadi musim panen penghasil garam di desa-desa yang tersebar di empat kecamatan.
Pembina Mutu Hasil Kelautan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, Ari Wibowo mengatakan, petambak garam tersebar di Kecamatan Batangan, Juwana, Wedarijaksa, hingga Trangkil. Para petambak garam ini memproduksi garam mulai bulan Mei hingga November 2024.
”Pada musim kemarau Mei persiapan, Juni sampai Agustus efektif empat bulan produksi garam, habis itu sudah tidak ada produksi lagi (sejak musim hujan). November awal masih ada produksi, lalu minggu kedua mulai berkurang karena lahannya ndak bisa,” ujar dia kepada Murianews.com.
Sejak Mei sampai November 2024, total produksi garam di Kabupaten Pati mencapai 324.036,10 ton, dengan rincian tertinggi pada Oktober yang melejit 85.825,46 ton.
Sementara, produksi terendah terjadi pada Mei yakni 250,72 ton karena bulan pertama olah lahan. Sedangkan pada Desember sampai dengan April petambak tak melakukan aktivitas produksi garam.
”Butuh proses produksi, tidak serta merta pas musim kemarau langsung jadi garam karena tambak yang jadi tempat olahan garam saat musim penghujan jadi tambak budidaya ikan. Maka dari itu, lahan perlu diubah dulu untuk pengolahan garam harus ada meja garam, ulir, air dan lain-lain,” papar Ari.
Mayoritas lahan pengolahan garam di Kabupaten Pati merupakan lahan yang sama budidaya ikan. Apabila musim penghujan tiba, lahan dipakai untuk tambak ikan, begitu musim kemarau datang maka petambak mengolah lahan untuk persiapan budidaya garam.
Ketika ditanya soal target hasil produksi garam di Kabupaten Pati, ia mengaku tak bisa mamatok target secara dini tanpa informasi prakiraan cuaca pada proyeksi setahun ke depan.
“Kalau kemarau panjang berani masang target. Kita di tahun kemarin (2024) capai hampir 325 ton, sehingga target berhasil terlampaui. Dan jangan kaget ketika musim hujan terjadi fluktuasi yang drop, kadang hanya 55 ribu kadang 70 ribu ton saja,” imbuhnya.
Ia mengatakan proses produksi garam bisa dilakukan dengan waktu minimal 10 hari demi hasilkan kualitas bermutu.
Namun, banyak petambak yang ingin segera memanen garamnya supaya cepat laku, sehingga kurang dari 10 hari, mereka sudah menyelesaikan masa pengolahannya walau kualitas kurang memadai.
”7 sampai 10 hari merupakan waktu yang bagus untuk produksi, tetapi karena mereka (petambak) berpikir urusan perut dan kebutuhan rumah tangga. Maka, baru 5 sampai 6 hari sudah dipanen, yang penting dapat duit,” tandas dia.
Editor: Cholis Anwar