Salah satu petani yang merasakan dampak langsung adalah Jasmin (54). Ia mengungkapkan, lahan padinya diserang berbagai jenis hama, mulai dari ulat hingga tikus, selama beberapa bulan terakhir.
”Serangan ulat terus serangan tikus. Memang tikus itu betul-betul sulit diatasi. Walau sudah disetrum, di plastik masih ada,” keluh Jasmin, Jumat (13/6/2025).
Serangan hama ini memaksa Jasmin untuk merogoh kocek lebih dalam guna mengatasi masalah tersebut.
Berbagai jenis obat-obatan harus dibeli untuk melindungi sawah garapannya, di samping biaya tambahan untuk upaya lain seperti penyetruman dan pemasangan plastik.
”Tanamannya rusak. Biaya produksi bertambah untuk obat, ditambah biaya setrum dan plastik,” bebernya.
Murianews, Pati – Para petani di Desa Sugiharjo, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, kini dihadapkan pada ancaman serius terhadap produksi gabah mereka.
Tanaman padi di wilayah tersebut tengah diserang hama secara bertubi-tubi, yang diprediksi akan mengakibatkan hasil panen menurun.
Salah satu petani yang merasakan dampak langsung adalah Jasmin (54). Ia mengungkapkan, lahan padinya diserang berbagai jenis hama, mulai dari ulat hingga tikus, selama beberapa bulan terakhir.
”Serangan ulat terus serangan tikus. Memang tikus itu betul-betul sulit diatasi. Walau sudah disetrum, di plastik masih ada,” keluh Jasmin, Jumat (13/6/2025).
Serangan hama ini memaksa Jasmin untuk merogoh kocek lebih dalam guna mengatasi masalah tersebut.
Berbagai jenis obat-obatan harus dibeli untuk melindungi sawah garapannya, di samping biaya tambahan untuk upaya lain seperti penyetruman dan pemasangan plastik.
”Tanamannya rusak. Biaya produksi bertambah untuk obat, ditambah biaya setrum dan plastik,” bebernya.
Jasmin merincikan, di lahan seluas satu petak, biaya produksi normalnya sekitar Rp 1,5 juta. Namun, akibat serangan hama, ongkos produksi kini bisa melonjak hingga Rp 2 juta.
Hasil panen...
Kenaikan biaya ini tentu akan berdampak signifikan terhadap pendapatan yang diperoleh dari hasil panen.
”Terancam gagal panen enggak, tapi untuk kembali modal kemungkinan sulit. 1 kotak, irit, itu Rp 1,5 juta. Tapi bisa naik sekitar Rp 500 ribuan,” ujarnya.
Tak hanya Jasmin, petani lainnya, Joko Pramono juga merasakan persoalan serupa. Ia mengaku hama menyerang tanaman padinya sejak awal taman hingga sekarang.
”MT 2 ini sangat susah. Dari mulai awal tanam, itu terkena asem-aseman, tanaman habis di pupuk enggak hijau tapi malah merah semua. Ada yang mati, ada masih bertahan, habis itu ada sundep atau kaper yang nelur jadi ulat. Itu memperparah,” ucapnya.
Tak hanya berhenti di situ, 30 hari setelah tanam setelah diobati dengan biaya yang besar persoalan tidak berhenti. Karena datang lagi hama lain seperti wereng dan tikus.
”Datang lagi wereng. Disemprot malah tambah banyak. Sehingga tambah biaya produksi lagi. Datang lagi serangan tikus,” lanjutnya.
Kondisi ini membuat biaya produksi tanamnya membengkak. Ia tak berharap banyak hasil panen nanti bisa menambal ongkos produksi yang ia keluarkan.
”Panennya berkurangnya 50 persen. Itu syukur Alhamdulillah. Panen full aja biaya pruduksi tidak bisa menutup, apalagi ini panennya 50 persen. Jadi petani ruginya banyak sekali,” pungkasnya.
Editor: Cholis Anwar