Ayahnya, Raden Saleh kembali menginjakkan kaki di halaman rumahnya, tepat setelah 20 tahun lamanya pergi. Bukannya menimbulkan kebahagiaan, kedatangan Raden Saleh justru membuat konflik mulai memanas.
Karena selama ini, ia tak merasakan kebahagiaan, malah kesengsaraan selama 20 tahun lamanya. Ia bersama ibunya harus berjuang untuk hidup. Sang putra tersebut juga harus kehilangan masa bermain demi bekerja membantu perekonomian keluarga.
Ia tak menerima lelaki yang lupa akan keluarga, setelah renta baru muncul untuk dilayani. Ia pun meminta ibunya segera melupakan bayang-bayang masa lalu itu.
Perdebatan, konflik juga pertengkaran pecah, sang ayah terpaksa harus pergi kembali karena kerasnya penolakan dari putra sulung. Deraian air mata dari ibu dan adik perempuannya, tidak membuat Gunarto melunak. Semua ditampilkan dalam pentas teater ini.
Murianews, Pati – Teater Ismi SMKN Jateng Pati menggelar pentas produksi ke-16 di Aula Sekolah, Selasa (17/6/2025) malam. Mereka mengangkat isu broken home dalam naskah berjudul ’Ayahku Pulang’ karya Usmar Ismail.
Pementasan teater Ismi kali ini menceritakan keluarga Gunarto yang ditinggalkan oleh ayahnya, Raden Saleh semenjak kecil. Namun hal tak terduga muncul di momen saat malam takbiran berkumandang.
Ayahnya, Raden Saleh kembali menginjakkan kaki di halaman rumahnya, tepat setelah 20 tahun lamanya pergi. Bukannya menimbulkan kebahagiaan, kedatangan Raden Saleh justru membuat konflik mulai memanas.
Kepulangan Raden Saleh ke rumah dengan tergopoh-gopoh di usia renta, dan ia mengucap salam, memohon maaf kepada istri dan anak-anaknyaagar diterima kembali oleh keluarganya. Gunarto, putra sulungnya tak terima akan hal tersebut, ia menganggap sudah tak memiliki ayah lagi.
Karena selama ini, ia tak merasakan kebahagiaan, malah kesengsaraan selama 20 tahun lamanya. Ia bersama ibunya harus berjuang untuk hidup. Sang putra tersebut juga harus kehilangan masa bermain demi bekerja membantu perekonomian keluarga.
Ia tak menerima lelaki yang lupa akan keluarga, setelah renta baru muncul untuk dilayani. Ia pun meminta ibunya segera melupakan bayang-bayang masa lalu itu.
Perdebatan, konflik juga pertengkaran pecah, sang ayah terpaksa harus pergi kembali karena kerasnya penolakan dari putra sulung. Deraian air mata dari ibu dan adik perempuannya, tidak membuat Gunarto melunak. Semua ditampilkan dalam pentas teater ini.
Di bawah Jembatan...
Adik perempuannya tetap tidak menerima penolakan itu, karena ibu mereka telah memaafkan ayah. Lantas pergilah adik perempuan menyusul kepergian ayah, bukan ayah yang didapati tetapi hanyalah pakaian dan kopiah lusuh di bawah sebuah jembatan.
Ratapan tangis pada akhirnya juga menghanyutkan putra sulung dalam penyesalan, sang ayah yang selama ini ditunggu pada akhirnya benar-benar meninggalkan mereka dan tidak akan pernah kembali lagi. Adegan teater ini benar-benar menguras emosi.
Kepala SMKN Jateng di Pati, Suprapto mengapresiasi penampilan siswa-siswi yang sukses tampil dan mengharapkan ke depan Teater Ismi terus eksis dalam menghadirkan produksi dengan tema-tema lain.
”Mereka sudah menampilkan yang terbaik, di produksi ke-6 dengan judul ’Ayahku Pulang’. Saya menyambut baik akan eksisnya teater Ismi sampai titik ini yaitu sudah ke enam. Ke depan saya berharap terus terlaksana pentas-pentas semacam ini yang menjadi contoh baik dan motivasi siswa lain dalam berkarya. Sukses terus teater Ismi SMKN Jateng di Pati,” ucapnya.
Sutradara Erza Dwi mengaku ini merupakan proses yang singkat. Dan membawakan naskah realis itu merupakan tantangan.
“Alhamdullah, hal itu terjawab atas sajian pentas anak-anak teater Ismi ini. Semoga dengan pengalaman ini, anggota teater Ismi menjadi lebih kreatif,” ungkapnya.
Sementara itu, penasehat sekaligus pendiri Teater Ismi, Mas Oim mengapresiasi kesuksesan pentas. Tantangan yang diberikan ke anak-anak dari awal berdiri memang tiap tahun harus ada pentas.
”Proses dengan apa yang kita bisa. Dengan hasil apapun. Saya yakin sebuah kebiasaan nantinya akan menjadikan kreativitas. Istiqomah itu penting, agar teater di Kabupaten Pati ter-hidupi. Lambat laun tunas-tunas itu akan menjadi banyak dan berkembang. Amiin,” harapnya.
Editor: Budi Santoso