Sebanyak 306 personel gabungan dari berbagai satuan fungsi tampak antusias mengikuti pelatihan yang dilaksanakan di Mapolresta setempat.
Mereka digembleng agar memgalami peningkatan kemampuan fungsi teknis Samapta dalam penanganan unjuk rasa dengan perubahan paradigma baru.
”Kita sebagai aparat hukum tentunya harus melakukan antusipasi. Baik kegiatan deteksi, pencegahan (kerusuhan). Kita sudah siapakan perencananan penganamananya. Kita tidak underestimate, kita over. Sehingga prediksi, bisa kita amankan,” ujar Kapolresta Pati Kombes Pol Jaka Wahyudi.
Sementara Plt Kasat Samapta Polresta Pati, AKP Taryo, dalam arahannya menegaskan bahwa paradigma baru dalam pengamanan unjuk rasa harus dipahami dan dipraktikkan oleh seluruh personel.
”Paradigma baru ini menekankan pada pendekatan humanis tanpa meninggalkan prinsip keamanan dan ketertiban. Setiap tindakan harus dilakukan secara terukur dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku,” jelasnya.
AKP Taryo mengungkapkan, pelatihan ini bukan hanya rutinitas, melainkan bagian dari pembaruan sistem manajemen operasional di lingkungan Polri.
”Kita ingin membentuk personel yang tidak hanya sigap dan tangguh, tetapi juga memiliki sensitivitas sosial dalam bertugas di lapangan,” ujarnya.
Murianews, Pati – Polresta Pati menggelar pelatihan pengamanan unjuk rasa menjelang aksi demonstrasi penolakan kenaikan PBB di Pendapa Kabupaten Pati yang rencananya digelar pada 13 Agustus 2025 mendatang.
Sebanyak 306 personel gabungan dari berbagai satuan fungsi tampak antusias mengikuti pelatihan yang dilaksanakan di Mapolresta setempat.
Mereka digembleng agar memgalami peningkatan kemampuan fungsi teknis Samapta dalam penanganan unjuk rasa dengan perubahan paradigma baru.
”Kita sebagai aparat hukum tentunya harus melakukan antusipasi. Baik kegiatan deteksi, pencegahan (kerusuhan). Kita sudah siapakan perencananan penganamananya. Kita tidak underestimate, kita over. Sehingga prediksi, bisa kita amankan,” ujar Kapolresta Pati Kombes Pol Jaka Wahyudi.
Sementara Plt Kasat Samapta Polresta Pati, AKP Taryo, dalam arahannya menegaskan bahwa paradigma baru dalam pengamanan unjuk rasa harus dipahami dan dipraktikkan oleh seluruh personel.
”Paradigma baru ini menekankan pada pendekatan humanis tanpa meninggalkan prinsip keamanan dan ketertiban. Setiap tindakan harus dilakukan secara terukur dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku,” jelasnya.
AKP Taryo mengungkapkan, pelatihan ini bukan hanya rutinitas, melainkan bagian dari pembaruan sistem manajemen operasional di lingkungan Polri.
”Kita ingin membentuk personel yang tidak hanya sigap dan tangguh, tetapi juga memiliki sensitivitas sosial dalam bertugas di lapangan,” ujarnya.
Materi latihan...
Materi pelatihan meliputi teknik dasar Dalmas lanjut, seperti sikap sempurna, sikap istirahat, dan sikap siaga dengan membawa tameng.
Selain itu, diajarkan pula teknik berjalan dan berlindung, dorong maju, serta desak maju dalam menghadapi massa. Semua teknik disesuaikan dengan pendekatan baru yang lebih komunikatif dan tidak represif.
”Kita harus menghindari kekerasan yang tidak perlu. Komunikasi menjadi kunci utama dalam menghadapi massa. Pendekatan preventif harus diutamakan sebelum tindakan represif dilakukan,” tambah dia.
Editor: Cholis Anwar