Festival yang mengusung ekologi yang disandingkan dengan tradisi masyarakat ini bahkan didukung sejumlah lembaga pemerintah.
Seperti Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Direktorat Bina Sumber Daya Manusia, Lembaga, dan Pranata Kebudayaan dan Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan.
Kepala Desa Bakaranwetan Wahyu Supriyo berharap Festival berkat bandeng itu dapat mengingatkan kembali kesadaran ekologi yang tumbuh di ekosistem tambak bandeng.
Bagi warga Desa Bakaranwetan menjaga lingkungan sebenarnya telah muncul dalam sejumlah tradisi.
”Seperti halnya tradisi Krigan atau bergotong royong bersih-bersih sungai. Dulu itu ada. Melalui festival ini kami berharap dapat membangun kesadaran sekaligus merekonstruksi tradisi yang membawa pesan ekologi,” ujar dia.
Wahyu mengungkapkan menjaga ekologi ini penting apalagi wilayah sungai yang berdampak besar terhadap proses budidaya tambak bandeng. Kondisi sungai yang baik akan membuat hasil budidaya bandeng menjadi baik pula.
”Sungai bukan hanya jalur air, melainkan urat nadi kehidupan bagi ribuan petani tambak bandeng. Dari sanalah kehidupan mengalir. Masyarakat belajar tentang keseimbangan ekologi yang harus dijaga bersama. Alam terancam, ekonomi ikut terguncang,” tutur dia.
Murianews, Pati – Tradisi unik warga Desa Bakaranwetan, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, yakni Berkat Bandeng akan diangkat menjadi sebuah festival. Festival perdana tersebut, akan digelar 21 November hingga 23 November mendatang.
Festival yang mengusung ekologi yang disandingkan dengan tradisi masyarakat ini bahkan didukung sejumlah lembaga pemerintah.
Seperti Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Direktorat Bina Sumber Daya Manusia, Lembaga, dan Pranata Kebudayaan dan Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan.
Kepala Desa Bakaranwetan Wahyu Supriyo berharap Festival berkat bandeng itu dapat mengingatkan kembali kesadaran ekologi yang tumbuh di ekosistem tambak bandeng.
Bagi warga Desa Bakaranwetan menjaga lingkungan sebenarnya telah muncul dalam sejumlah tradisi.
”Seperti halnya tradisi Krigan atau bergotong royong bersih-bersih sungai. Dulu itu ada. Melalui festival ini kami berharap dapat membangun kesadaran sekaligus merekonstruksi tradisi yang membawa pesan ekologi,” ujar dia.
Wahyu mengungkapkan menjaga ekologi ini penting apalagi wilayah sungai yang berdampak besar terhadap proses budidaya tambak bandeng. Kondisi sungai yang baik akan membuat hasil budidaya bandeng menjadi baik pula.
”Sungai bukan hanya jalur air, melainkan urat nadi kehidupan bagi ribuan petani tambak bandeng. Dari sanalah kehidupan mengalir. Masyarakat belajar tentang keseimbangan ekologi yang harus dijaga bersama. Alam terancam, ekonomi ikut terguncang,” tutur dia.
Bukan sekedar perayaan...
Dari semangat menjaga sungai itulah lahir gagasan besar bernama ’Festival Berkat Bandeng’, sebuah ruang yang merayakan relasi antara ekologi, tradisi, dan ekonomi rakyat.
”Festival ini bukan sekadar perayaan budaya, melainkan bentuk pengabdian ekologis masyarakat tambak terhadap alam yang menjadi sumber kehidupan mereka,” tutur dia.
Festival ini terinspirasi dari tradisi warga setempat yang mempunyai cara unik, yakni berkat bandeng. Ikan bandeng dijadikan sebagai lauk utama sesaji, berbeda dengan daerah lain di Pati yang menggunakan ayam.
Festival Berkat Bandeng sendiri akan digelar serangkaian kegiatan. Mulai dari Rembuk Kali, Prosesi Wiwit panen, tari bandeng, pameran seni rupa, lomba olahan bandeng serta makan bandeng bersama.
”Menjaga sungai bukan hanya menjaga air, tetapi juga menjaga masa depan. Festival ini diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk memahami bahwa ekologi dan ekonomi bukan dua hal yang berseberangan, melainkan dua sisi dari satu keberlanjutan,” pungkas dia.
Editor: Anggara Jiwandhana