Kamis, 20 November 2025


Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan pihaknya berencana mengurangi kedelai impor. Hal itu dilakukan untuk menggairahkan produksi kedelai dalam negeri.

Muhammad Amar Ma'ruf, pengelola Primer Koperasi Produsen Tempe tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Kudus menanggapi hal tersebut. Dia tidak menampik saat ini Indonesia masih ketergantungan dengan kedelai impor.

”Hampir 90 persen saat ini kami masih bergantung dengan kedelai impor. Kami menyambut baik ketika pemerintah mau menggerakkan kedelai lokal,” katanya, Rabu (7/6/2023).

Menurutnya, peralihan ke kedelai lokal tersebut tidaklah mudah. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan.

”Pertama harus dipersiapkan lahan untuk bertanam kedelai. Kemudian SDM (sumber daya manusia, red) harus dipersiapkan juga,” sambungnya.

Baca: Harga Kedelai di Kudus Berangsur Normal

Dia menyampaikan, jumlah petani kedelai di Kota Kretek masih sedikit. Menurutnya, jumlahnya tidak sampai 100 petani kedelai.”Di Kudus juga masih mengandalkan kedelai impor. Ada kedelai impor merek bola hijau, paus, gajah, gentong, Monas, dan lainnya,” terangnya.Dia menyampaikan, kedelai lokal sebenarnya bisa bersaing dengan kedelai impor. Perbedaannya hanya tercampur dengan tanah.”Bedanya itu kalau kedelai lokal terkadang masih tercampur tanah. Kalau kedelai impor lebih bersih. Sebenarnya kalau bisa bersih dan kering ya bagus,” pungkasnya.Baca: Mentan Tak Ingin Indonesia Ketergantungan Impor Kedelai Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler