Pemuda 23 Tahun di Kudus Pilih Usaha Jual Arang, Begini Ceritanya
Vega Ma'arijil Ula
Rabu, 28 Juni 2023 15:17:56
Namanya, Mohammad Calvin Alvianto. Ia tinggal di RT 4 RW 4 desa setempat.
Putra pasangan Sujut dan Sri Minarti itu, mulai menekuni usahanya itu sejak 2021 lalu. Mulanya, Calvin, begitu ia disapa, bersama ayahnya membuat parut kelapa. Namun, usahanya itu justru menghasilkan banyak limbah kayu.
”Kalau usaha parut itu bisa dibilang jadi parutnya 60 persen, limbahnya 40 persen. Menurut saya kok enggak cocok,” katanya kepada
Murianews.com, Selasa (27/6/2023).
Baca: Penjualan Arang di Kudus Meningkat Jelang IduladhaAkhirnya dari pada menghasilkan banyak limbah kayu, ia dan ayahnya kemudian mencoba usaha arang. Mulanya, ia tak memikirkan soal untung rugi. Dalam benaknya, yang penting arang buatannya laku terjual.
”Kemudian saya mulai memposting di Facebook di beberapa grup jual beli,” sambungnya.
Pesanan arang pertama datang dari manajer pabrik kacang di Pati. Saat itu pabrik kacang di pati itu minta disetori 20 sak arang per minggu. Satu sak berukuran karung 50 kg itu berisi arang sebanyak 20 kg.
”Pabrik kacang di Pati itu butuh arang untuk membakar kacang. Berjalan dua sampai tiga bulan, setiap minggu selalu pesan arang,” terangnya.
Calvin sendiri pun sebenarnya dipercaya untuk menyetori arang pada pabrik tersebut. Namun, tingginya pemintaan dan waktu yang diberikan terbatas membuatnya kewalahan. Akhirnya, kerja sama itu pun selesai di tengah jalan.”Mereka pesan 10 sampai 20 sak dalam seminggu. Satu sak isinya 20 kilogram arang dengan harga Rp 40 ribu. Kalau durasi waktunya hanya seminggu ya kewalahan, apalagi pesanan kan juga ada dari pelanggan lain juga,” ujarnya.
Baca: Menengok Keberadaan Sapi Pekerja di Kudus yang Sudah Jarang TerlihatLepas dari pabrik tersebut, Cavin kemudian mulai menawarkan arangnya secara
door to door ke beberapa warung. Selain itu dirinya juga masih menawarkan secara
online via Facebook.”Alhamdulillah sampai sekarang masih ada pembeli. Setiap dua hari sekali ada yang ambil, ada juga yang seminggu sekali ambil,” terangnya.Dalam sepekan dirinya mampu meraup Rp 280 ribu. Nominalnya tersebut dinilai lumayan karena pendapatan bersihnya sekitar Rp 100 ribuan.”Rencananya ke depan akan terus berjualan arang karena masih banyak yang mencari. Pembelinya dari Kudus dan Pati,” imbuhnya. Editor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Kudus – Seorang pemuda 23 tahun asal Desa Honggosoco, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus ini berbeda dari yang lainnya. Ia nekat menekuni usaha membuat dan menjual arang.
Namanya, Mohammad Calvin Alvianto. Ia tinggal di RT 4 RW 4 desa setempat.
Putra pasangan Sujut dan Sri Minarti itu, mulai menekuni usahanya itu sejak 2021 lalu. Mulanya, Calvin, begitu ia disapa, bersama ayahnya membuat parut kelapa. Namun, usahanya itu justru menghasilkan banyak limbah kayu.
”Kalau usaha parut itu bisa dibilang jadi parutnya 60 persen, limbahnya 40 persen. Menurut saya kok enggak cocok,” katanya kepada
Murianews.com, Selasa (27/6/2023).
Baca: Penjualan Arang di Kudus Meningkat Jelang Iduladha
Akhirnya dari pada menghasilkan banyak limbah kayu, ia dan ayahnya kemudian mencoba usaha arang. Mulanya, ia tak memikirkan soal untung rugi. Dalam benaknya, yang penting arang buatannya laku terjual.
”Kemudian saya mulai memposting di Facebook di beberapa grup jual beli,” sambungnya.
Pesanan arang pertama datang dari manajer pabrik kacang di Pati. Saat itu pabrik kacang di pati itu minta disetori 20 sak arang per minggu. Satu sak berukuran karung 50 kg itu berisi arang sebanyak 20 kg.
”Pabrik kacang di Pati itu butuh arang untuk membakar kacang. Berjalan dua sampai tiga bulan, setiap minggu selalu pesan arang,” terangnya.
Calvin sendiri pun sebenarnya dipercaya untuk menyetori arang pada pabrik tersebut. Namun, tingginya pemintaan dan waktu yang diberikan terbatas membuatnya kewalahan. Akhirnya, kerja sama itu pun selesai di tengah jalan.
”Mereka pesan 10 sampai 20 sak dalam seminggu. Satu sak isinya 20 kilogram arang dengan harga Rp 40 ribu. Kalau durasi waktunya hanya seminggu ya kewalahan, apalagi pesanan kan juga ada dari pelanggan lain juga,” ujarnya.
Baca: Menengok Keberadaan Sapi Pekerja di Kudus yang Sudah Jarang Terlihat
Lepas dari pabrik tersebut, Cavin kemudian mulai menawarkan arangnya secara
door to door ke beberapa warung. Selain itu dirinya juga masih menawarkan secara
online via Facebook.
”Alhamdulillah sampai sekarang masih ada pembeli. Setiap dua hari sekali ada yang ambil, ada juga yang seminggu sekali ambil,” terangnya.
Dalam sepekan dirinya mampu meraup Rp 280 ribu. Nominalnya tersebut dinilai lumayan karena pendapatan bersihnya sekitar Rp 100 ribuan.
”Rencananya ke depan akan terus berjualan arang karena masih banyak yang mencari. Pembelinya dari Kudus dan Pati,” imbuhnya.
Editor: Zulkifli Fahmi