Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Ekonom Kudus Nor Hadi menyebut saat ini, pedagang konvensional makin tergerus dengan adanya plaform belanja secara digital.

Dosen Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kudus itu pun meminta pedagang konvensional beradaptasi dengan gaya penjualan saat ini.

Platform belanja secara digital makin merajai lantaran dinilai lebih murah harganya. Itu tak lepas dari biaya pengeluaran pedaang online yang relatif sedikit ketimbang pedagang konvensional.

”Cost yang dikeluarkan pedagang yang berjualan online lebih sedikit karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendisplay biaya sewa gedung, biaya display barang, biaya tenaga kerja, dan lainnya. Alhasil, mereka berani menjual produk dengan lebih murah,” katanya, Kamis (21/9/2023).

Pergeseran gaya hidup masyarakat urban yang sudah sibuk dengan pekerjaan ikut mendorong mereka lebih memilih membeli barang secara online. Alasannya karena lebih efisien hanya menggunakan gawai dan scrolling.

Menurutnya, apabila tak segera beradaptasi ke platform digital, pedagang yang menggunakan cara konvensional bakal makin ketinggalan.

”Solusinya pedagang konvensional juga harus beradaptasi. Jangan hanya jual offline saja tetapi juga mencoba jualan online juga. Hal ini perlu karena kemajuan teknologi harus diikuti juga,” terangnya.

Dirinya juga meminta pemerintah agar mengatur perdagangan online dan offline. Dalam hal ini agar ada batasan barang yang boleh dijual online maupun offline.

”Pemerintah juga harus hadir memberikan batasan misalnya produk apa yang boleh dijual online. Produk mana yang tidak boleh dijual offline,” imbuhnya.

Koordinator Pasar Bitingan Kudus Muchammad Toha mengatakan, kondisi pasar saat ini tergolong sepi. Terutama kios pedagang yang menjual pakaian atau konveksi.

”Kios pakaian dan konveksi sangat sepi. Kalau pedagang sayuran dan kebutuhan pokok masih lumayan ada kegiatan jual beli,” katanya, Kamis (21/9/2023).

Tak ayal dirinya kerap mendapatkan keluhan dari pada pedagang. Namun, pihaknya juga tidak bisa berbuat banyak.

Menurutnya, kebutuhan pakaian atau konveksi dirasa belum dibutuhkan. Berbeda dengan kebutuhan pokok seperti sayur mayur yang masih diperlukan konsumen sehingga masih ada interaksi jual beli di pasar.

”Kami hanya sebatas memberikan semangat saja. Kalau terobosan belum ada,” ungkapnya.

 

 

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler