Jumat, 21 November 2025

Murianews, Kudus – Desa Loram Kulon dan Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, memiliki tradisi unik saat menggelar pernikaha. Tradisi itu bernama nganten mubeng.

Sebagian masyarakat di sana percaya, akan mendapatkan sesuatu yang tidak baik ketika tradisi nganten mubeng tidak dilakukan. Mereka biasanya akan sakit, nasi yang hendak dihidangkan tak kunjung matang, hingga tidak punya keturunan.

Dalam buku Jejak Ulama Nusantara, sang penulis MC Miftohul Hana mengatakan, tradisi Nganten Mubeng yakni meminta para pengantin di desa setempat untuk melewati pintu barat dan timur Gapura Padureksan di Masjid Wali Loram Kulon atau Masjid At-Taqwa.

Para pengantin diharuskan melakukan ritual di gapura bercorak Hindu itu setelah melakukan prosesi ijab qabul.

MC Miftohul Hana dalam bukunya itu juga menjelaskan, tradisi itu dilakukan sebagai maksud untuk mengingatkan dan mendekatkan diri pada Allah SWT pada cikal bakal keluarga baru.

’’Tradisi yang menjadi ciri khas umat Islam yang tinggal di sekitar Masjid Wali (Masjid At- Taqwa, red) tidak terlepas dari sejarah Masjid Wali atau At-Taqwa,’’ tulisnya.

Diketahui, Masjid Wali itu didirikan pada kurun waktu 1596-1597 atau masa peralihan Hindu-Buddha ke Islam. Masjid Wali dibangun Tjie Wie Gwan, seorang pengembara Muslim dari Campa China.

Waktu itu, Tjie Wie Gwan masuk ke Indonesia lewat Jepara semasa pemerintahan Ratu Kalinyamat. Di masa itu, Jepara masih di bawah Kerajaan Demak.

Seiring berjalannya waktu, Tjie Wie Gwan yang menjadi orang kepercayaan Sultan Hadirin (suami Ratu Kalinyamat) dipercaya menyebarkan agama Islam di Kudus.

Bersama Sultan Hadirin yang juga menantu Sunan Kudus, Tji Wie Gwan membuat masjid dengan gapura menyerupai pura di Bali.

Bendahara Masjid Wali Loram Kulon, Anis Aminuddin menyampaikan, tradisi nganten mubeng masih dilestarikan hingga kini. Tujuan tradisi itu untuk mencari keberkahan.

’’Kegiatan nganten mubeng sebagai bentuk mencari keberkahan dari para wali. Makanya setiap ada warga trah Desa Loram, entah itu Loram Wetan maupun Loram Kulon maka ada prosesi mubeng atau mengitari gapura masjid,’’ katanya, Rabu (31/7/2024).

Bahkan, warga Loram yang menikah di luar Kabupaten Kudus juga tetap menyempatkan untuk memutari gapura.

’’Prosesi mubeng masih dilakukan. Misalnya warga tersebut menikah di luar Kabupaten Kudus, biasanya tetap menyempatkan mubeng ketika pulang ke Kudus,” katanya.

Terkait mitos apabila tidak melakukan prosesi nganten mubeng, ia enggan berkomentar. Menurutnya, prosesi nganten mubeng lebih ke arah meminta keberkahan.

’’Kalau soal mitos kok sepertinya tidak ada. Hal semacam itu lebih ke arah masyarakat yang kerap mengkaitkan,’’ imbuhnya.

Saat ini, Gapura Padureksan juga masih digunakan sebagai obyek wisata religi tradisi Nganten Mubeng bagi trah Loram. Baik itu Loram Kulon maupun Loram Wetan. Prosesinya pengantin masuk dari pintu gapura, lalu memasukkan uang amal. Kemudian mengisi buku tamu dan keluar lagi.

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler