Tekan Penyebaran TBC, Ini Kiat yang Disiapkan Puskesmas Kaliwungu
Zulfa Amila Shaliha
Sabtu, 8 Juni 2024 18:23:00
Murianews, Kudus – Puskesmas Kaliwungu berkomitmen besar untuk mencari kasus tuberkulosis atau TBC. Tahun ini, puskesmas memiliki target menemukan 170 suspek TBC. Hal ini perlu dilakukan untuk menekan penyebaran virus TBC.
”Semakin banyak yang kami temukan, semakin baik. Sebab, penyebaran virus hanya bisa dikurangi dengan memutus rantai utama,” ujar Nurul Muawanah selaku Programmer Tuberculossis (TB) kepada Murianews.com, Sabtu (8/6/2024).
Adapun pemasangan target ini dilakukan karena pasien penyebaran TBC sudah pasti marak. Tak heran karena Indonesia merupakan negara dengan penderita TBC terbanyak kedua di dunia, setelah India.
Adapun jumlah target ini disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan masyarakat. Jika jumlah masyarakat menurun, maka target akan berkurang. Berlaku juga sebaliknya.
”Satu orang pasien berisiko menularkan ke 10 orang sehat lainnya. Maka dari itu perlu ditekan sedini mungkin,” imbuh Nurul.
Selain itu, Puskesmas Kaliwungu juga aktif mencari pasien TBC. Mereka melakukan screening setiap bulan di desa-desa. Terlebih, mereka juga menyasar posyandu, pondok pesantren (ponpes), perusahaan-perusahaan dan sekolah.
”Untuk perusahaan, sekolah dan ponpes, kami perlu koordinasi jauh-jauh hari untuk melakukan penjadwalan screening TBC,” ungkap Nurul.
Kemudian, Puskesmas Kaliwungu juga melakukan investigasi kontak penderita. Artinya, pasien positif TBC akan dicek orang-orang terdekatnya, terutama keluarga. Sebab, penularan virus ini sangat cepat dan terkadang tidak disadari.
Untuk investigasi kontak ini dilakukan tuberculine test. Apabila calon pasien menunjukkan tanda-tanda reaktif, maka akan langsung dilaksanakan periksa Tes Cepat Molekuler (TCM).
Selanjutnya, puskesmas juga melakukan kolaborasi jejaring dan Tempat Praktek Mandiri Dokter (TPMD). Artinya, jika ada pasien datang dan menunjukkan tanda-tanda TBC, maka akan langsung dirujuk ke puskesmas.
”Kami menggunakan apikasi WIFI TB atau wajib notifikasi tuberculosis. Dokter Praktik Mandiri akan menyampaikan gejala dan diagnosisnya melalui apikasi tersebut,” pungkas Nurul
Adapun penyakit TBC ini harus segera diobati. Jika ditunda, bakteri bisa semakin kuat dan semakin kebal terhadap obat. Jika terlambat, TBC juga bisa menyebabkan kematian.
”Jangan sampai ada korban meninggal karena TBC. Sebab, itu bisa sekali untuk disembuhkan. Usia penderita TBC terbanyak adalah usia produktif, maka jangan sampai lalai,” ujar Nurul.
Nurul berharap eliminasi TBC 2030 tercapai. Ia mengimbau keterlibatan semua pihak untuk berkomitmen menginformasikan kepada masyarakat terkait TBC.
Editor: Dani Agus



