Pemilu 2024
Ganjar: 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana Impian Banyak Orang Indonesia
Zulkifli Fahmi
Jumat, 9 Februari 2024 17:38:00
Murianews, Jakarta – Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo telah meluncurkan program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana. Program itu pun lahir dari pengalaman pribadi dan juga dialami banyak orang tua di Indonesia.
Menurutnya, program tersebut akan memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan, serta menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul.
Selain itu, program tersebut juga memberi harapan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat pada masa mendatang.
Ganjar bercerita ia bukan berasal dari keluarga kaya. Sepanjang hidupnya, Ganjar menyaksikan orang tuanya bersusah payah membiayai pendidikan anak-anak mereka.
Demi menambah penghasilan, orang tua Ganjar sempat berjualan BBM eceran. Bahkan, orang tuanya juga pernah terlilit utang pada rentenir karena meminjam uang untuk membiayai kuliah anak-anaknya.
Ganjar muda pernah cuti kuliah selama 2 semester karena tak ada biaya. Dirinya pun lalu bekerja mengumpulkan uang untuk bisa melanjutkan kuliah.
”Berangkat dari pengalaman saya pribadi, ketika ingin kuliah dan orang tua tidak ada biaya, dan bagaimana orang tua saya berusaha mencari biaya pendidikan untuk anak-anaknya demi masa depan yang lebih baik,” kata Ganjar, Jumat (9/2/2024).
Dengan latar belakang itu, Ganjar dan Mahfud sepakat meluncurkan program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana. Ganjar-Mahfud yakin program itu menjadi salah satu cara agar keluarga miskin dapat mengubah nasib, bahkan lepas dari jerat kemiskinan.
Ganjar menjelaskan, program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana merupakan perluasan akses dan kebijakan afirmatif untuk anak miskin, disabilitas atau berkebutuhan khusus, serta warga di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T), dan perbatasan.
Di mana mereka masih kesulitan mengakses pendidikan yang baik dan merata. Apalagi, untuk meraih impian menjadi sarjana.
Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio membeberkan, program 1 keluarga 1 sarjana dari Ganjar-Mahfud bisa menjadi solusi atas impian banyak orang Indonesia di bidang pendidikan. Terlebih lagi, biaya pendidikan perguruan tinggi makin sulit dijangkau bagi keluarga miskin.
”Sekolah kan menjadi persoalan bangsa ini sudah lama. Artinya sekolah itu mahal. Jadi pemerintah harus melakukan sesuatu. Bebas belajar 9 tahun, jadi setelah itu perguruan tingginya mahal,” kata Agus.
Sementara itu, Peneliti Bidang Ketenagakerjaan BRIN, Triyono mengatakan, pendidikan adalah jalan terang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.
”Kalau bicara pendidikan, untuk memutus rantai kelas sosial. Kalau berkiblat ke negara maju, pendidikan berpengaruh meningkatkan taraf hidup, pendidikan adalah jalan terang untuk membuka pengetahuan, berkreasi sehingga nantinya bisa berwiraswasta,” kata Triyono.
Menurutnya, pendidikan bukan hanya di sekolah semata, namun bagaimana menciptakan kewirausahaan yang akibatnya meningkatkan kreasi, menghadirkan pengusaha-pengusaha, dan mereka menciptakan lapangan pekerjaan.
Di samping membuka peluang wiraswasta, banyaknya pemegang gelar sarjana juga meningkatkan daya tawar ketika masuk ke dunia kerja.
Maka dari itu, agar kian kompetitif, kesempatan mengenyam pendidikan tinggi perlu didorong dan difasilitasi oleh pemerintah.
”Kemudian di-mix lah, pendidikan yang bagus, keterampilan, kemampuan bahasa dan IT,” sebut Triyono.



