Rabu, 19 November 2025

Murianews, JakartaDirty Vote mengudara Minggu (11/2/2024) malam di platform YouTube. Film documenter eksplanatori ini mengungkap dugaan kecurangan Pemilu 2024 yang terstruktur.

Tiga orang ahli tata negara, Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar memberikan penjelasannya tentang dugaan-dugaan itu lewat film Dirty Vote ini.

Mereka menerangkan betapa berbagai instrument kekuasaan telah digunakan untuk tujuan memenangkan Pemilu 2024. Dalam penjelasannya, banyak proses yang menabrak dan merusak tatanan demokrasi.

”Saya mau terlibat dalam film ini karena banyak orang yang akan makin paham bahwa memang telah terjadi kecurangan yang luar biasa sehingga Pemilu ini tidak bisa dianggap baik-baik saja,” kata Bivitri dikutip Murianews.com di YouTube Dirty Vote, Senin (12/2/2024).

Bivitri juga menyebut, kecurangan-kecurangan yang terjadi tidak boleh didiamkan atas nama kelancaran Pemilu.

Feri Amsari menyebut, film Dirty Vote ini dianggap akan mampu mendidik publik untuk melihat betapa curangnya Pemilu saat ini.

”Film ini dianggap akan mampu mendidik publik betapa curangnya Pemilu kita dan bagaimana politisi telah mempermainkan publik pemilih hanya untuk memenangkan kepentingan mereka,” ujarnya.

Zainal Arifin Mochtar pun berpesan untuk menjadikan film ini sebagai landasan penghukuman dan tagihan. Ia menyebut film ini momentum tagihan karena kita punya peranan besar melahirkan seorang Jokowi.

”Film ini adalah monumen tagihat monumen yang akan kita ingat bahwa kita punya peranan besar melahirkan orang yang bernama Jokowi,” katanya.

Film dokumenter ini disutradarai Dandhy Dwi Laksono. Ini menjadi film keempat bagi Dandhy Dwi Laksono di momen Pemilu, sejak 2014.

Pertama, pada 2014, Dandhy meluncurkan film berjudul Ketujuh lewat rumah produksi WatchDoc. Saat itu, Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden dielu-elukan sebagai sosok pembawa harapan baru.

Pada 2017, menjelang Pilkada DKI Jakarta, Dandhy menyutradarai Jakarta Unfair. Dua tahun kemudian, film Sexy Killers tembus 20 juta penonton di masa tenang Pemilu 2019.

Sexy Killers membongkar jaringan oligarki bercokol pada kedua pasangan calon yang berlaga saat itu, Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Film Dirty Vote diproduksi secara berkolaborasi dengan 20 lembaga lain. Pihak yang terlibat dalam film adalah Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Bangsa Mahardika, Ekspedisi Indonesia Baru, Ekuatorial, Fraksi Rakyat Indonesia, Greenpeace Indonesia, Indonesia Corruption Watch, Jatam, Jeda Untuk Iklim, KBR, LBH Pers, Lokataru, Perludem, Salam 4 Jari, Satya Bumi, Themis Indonesia, Walhi, Yayasan Dewi Keadilan, Yayasan Kurawal, dan YLBHI.

Komentar

Berita Terkini